Udah greget sama Senjana belum nih?
***
Ikhwan menghela napas panjang. Lagi, mengenai Lentera gadis Skizofrenia itu berulah. Ia tidak habis pikir, pintu yang tidak mungkin bisa di bobol nyatanya Lentera mampu melakukannya. Bahkan yang membuat Ikhwan terpelongo, gadis itu mengandalkan pisau, gunting dan besi runcing.
Tidak ingin semakin pusing memikirkan aksi konyol dari Lentera semalam, laki-laki itu memilih pergi menuju kantor utama. Ia ingin bertemu Alwi, anak yang sudah resmi menjadi penerus atau pemilik gedung tersebut beserta isinya.
"Pak, Ikhwan." panggilnya.
Langkahnya reflek terhenti dan berbalik, senyumnya mengembang. "Iya? Ada yang bisa saya bantu, Dokter Gavin?"
"Sebelumnya, maaf mengganggu waktu anda. Saya ingin berbincang sebentar mengenai pasien istimewa saya." ucapnya.
"Lentera?" Dokter Gavin mengangguk.
"Semalam katanya dia kabur dari kamarnya, tapi tidak pergi jauh. Anak itu tidur di taman sampai pagi. Yang buat heboh itu ulah dia, pintunya di bobol sendiri." papar Ikhwan.
"Oh ya?" sahut Dokter Gavin terkejut. Ia menampilkan raut kaget yang tidak biasa.
"Tapi sudah aman, Lentera sudah bersama Suster dan Dokter yang kebetulan bisa menangani sikap Lentera pagi ini." ujar Ikhwan.
"Maafkan saya, kalau tahu akan terjadi hal-hal seperti ini, mungkin menginap di Rumah Sakit Jiwa adalah tindakan yang saya ambil jauh-jauh hari. Saya ingin memantau Lentera 24jam." ujar Dokter Gavin.
Ikhwan mengangguk. "Iya, tapi saya rasa tidak perlu. Anda harus memiliki istirahat yang cukup di rumah, tidak perlu sampai menginap. Lagipula, Lentera tidak sendiri, ada banyak Suster dan para penjaga malam di setiap koridor. Lagi apes aja, semalam satpam sedikit teledor." jelasnya disertai senyum samar.
"Apa saya boleh melihat hasil Cctv-nya?" tanya Dokter Gavin.
"Boleh, data rekaman ada di Hendri. Tidak ada yang mencurigakan. Ya walaupun saya sendiri masih bingung, gadis itu selain aneh tapi juga pemberani." tutur Ikhwan.
"Lentera memang gadis yang pemberani," Dokter Gavin tersenyum. Jenis senyum yang mengartikan bahwa Lentera memang sosok yang bebal. Sulit di pengaruhi, ia justru akan melakukan tindakan di luar batas dari dorongan dirinya sendiri. Karena dalam dirinya terdapat diri lain yang memicu kerja otak Lentera dua kali lipat rumitnya.
"Oh bagaimana perkembangannya? Apa dia masih suka mengamuk?" tanya Ikhwan.
"Cukup baik, dia sudah jarang memberontak." ucapnya.
YOU ARE READING
My Perfect Psikiater
RomanceLentera Gulita. Gadis berumur 16 tahun yang kehilangan masa remajanya. Di saat teman sebayanya menghabiskan masa tiga tahun untuk mengukir kisah di bangku SMA. Tapi, Lentera justru menghabiskan masa-masa itu di dalam ruangan yang gelap dan engap. Ru...