34. Kau Menyukainya, Tuan?

190 27 1
                                    

Hallooooo! Siapa yang kangen???

Kalian nunggu siapa, Alwi, Lentera, apa Dokter Gavin?

Selamat membaca ya🙌🏻

***

"Saya tunggu di ruang psikoterapi. Ajak Lentera, katakan saya ingin bertemu." ucap Dokter Livia.

Tidak menunggu lama, kedua Suster itu datang menggandeng Lentera. Dengan wajah berseri, Lentera tenang dan bersiap untuk memasuki tahap psikoterapi selama gadis itu tinggal di klinik mental Dokter Livia.

Disambut dengan senyum dan pelukan, Lentera membalasnya tak kalah erat. "Kau terlihat cantik, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanyanya.

"Aku baik-baik aja, Dokter Livia. Makasih udah tanya kabar aku." katanya dibarengi senyuman.

"Sudah sarapan?"

Lentera mengangguk. "Makan roti selai, tadi aku makan bareng Senjana."

Mereka terdiam beberapa saat. Setelahnya, Dokter Livia menggenggam pergelangan tangan mungil itu, mengarahkan Lentera duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah luar dengan pemandangan kebun.

"Memangnya Senjana datang?" tanyanya lembut.

"Iya. Dia datang pas aku lagi mandi, soalnya tiba-tiba dia udah duduk di kasur." tutur Lentera.

"Lentera, katakan jika kamu merasa pusing, mual atau mungkin sakit di bagian tubuh kamu?" ujar Dokter Livia memastikan.

"Enggak ada yang perlu di khawatirkan, Dok. Aku sehat kok." kata Lentera.

"Baiklah, oh iya Senjana ngobrolin apa saja?"

Lentera tampak berpikir. "Dia cuma bilang kangen, tapi sebelum dia pergi dia titip pesan buat aku. Katanya Senjana mau pergi jauh, dia mau ikut Mamanya."

"Mamanya dimana?" tanya Dokter Livia.

"Dia bilang Mamanya udah di surga." jawabnya dengan tatapan polos.

"Lentera, bisa tolong fokus ke saya sebentar saja ya. Saya ingin menyampaikan sesuatu." tuturnya sambil memegang kedua pundak Lentera.

"Boleh, kok."

"Pertama, Lentera itu tidak pernah memiliki sahabat bernama Senjana. Dia bukan siapa-siapa, dia ada karena Lentera yang ciptain, itu artinya Senjana hanya halusinasi yang kamu sempurnakan." ungkap Dokter Livia.

Gadis itu menatap tangan di pundaknya dengan sorot benci. "Dokter enggak tahu apa-apa soal Senjana, dia itu emang sahabat yang aku sembunyikan. Pasti Dokter Livia cari tahu tentang Senjana ke Dokter Alwi, kan?" ucapnya sedikit jengkel.

Perempuan itu mengulum senyum. Mengusap pundak Lentera dengan lembut. "Sahabat Lentera itu Deeva, bukan Senjana."

Tangan itu di tepis secara kasar. "Aku enggak kenal Deeva!" serunya sambil bangkit dari posisi duduknya.

"Saya ingin tahu, Senjana masih SMA atau kuliah?" tanya Dokter Livia.

"Udah kuliah, aku pernah di ajak ke kampusnya."

My Perfect PsikiaterWhere stories live. Discover now