17. Don't Be Affraid

716 117 39
                                    

Hi, kalian baca Chapter ini jam berapa?

Masih aman buat ngikutin cerita ini sampai Bab-Bab berikutnya dan seterusnya?

Semoga kalian nggak bosan ya, i'm sorry for bad story. Aku masih belajar, dan apa yang aku tuangkan menjadi tulisan di sini, pure imajinasiku, and than... Aku sangat berterimakasih kalau kalian betah dan sampai rela nunggu aku update.

Coba, kalian dari kota mana aja?

Selamat membaca🌷🦕🍫🍦

***

***

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

***

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


***


"Jadi, sekarang kita musuh?" tanya Dokter Gavin.

"Tidak ada kata musuh, saya dan anda akan tetap menjadi partner yang baik. Saling melengkapi satu sama lain, hanya saja ..." Ia menjeda ucapannya. "Saya tidak suka jika anda melakukan tindakan seperti tadi. Kalau memang ingin seseorang berada di pihak anda, lakukan dengan cara yang menarik. Supaya anda bisa menggaet tanpa mendesak dengan pistol tadi."

Bungkam. Laki-laki itu tidak berekspresi apa-apa. Ia menatap Alwi dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Saya sudah mengetahui niat busuk anda di sini,  saya tidak akan membeberkan ke siapapun tentang siapa anda yang sebenarnya. Lakukan misi yang ingin anda wujudkan sampai selesai, melibatkan nyawa Lentera sekalipun." tegas Alwi. Ia bicara dengan pelan dan tenang. Tidak ada kegugupan apalagi ketakutan.

My Perfect PsikiaterDove le storie prendono vita. Scoprilo ora