Membelah Diri

1.5K 331 20
                                    

"Ck! Iya-iya ah! Nanti aku makan. Sekarang aku mau ke lapangan dulu. Ngurusin konsumsinya anak-anak!" Rose mendorong bahu Bastian untuk kembali masuk ke dalam kelasnya.

"Awas ya kalo kamu boongin aku! Aku nggak mau dipanggil Bu Anna karena kamunya bolos!" tuding Rose di saat gadis itu membalikkan badannya.

Bastian mendengus. Menganggukkan kepalanya pelan kemudian berjalan ke dalam kelas. Rose hanya bisa menghela nafas. Sangat sayang saat kekasihnya itu tidak mengucapkan kata perpisahan manis yang sering dirinya lihat di tv.

Setelah berjalan selama beberapa menit, akhirnya Rose berada di dalam lapangan outdoor. Seperti yang sudah ia harapkan, seluruh pemain sudah siap di tribun tempat pelatihan. Sedangkan suporter dari regu lawan sudah datang dan duduk di tribun yang sudah disediakan.

"Gue berharap kita menang lagi. Masak tuan rumah kalah sih?" canda Rose menepuk bahu Kevin.

Kevin mendengus, "Kayaknya lo harus jadi bolanya. Biar kita bisa menang."

Rose tertawa, "Gue jadi ringnya aja deh."

Setelah mengobrol santai selama beberapa saat, Rose mengambil langkah berdiri tegas di hadapan mereka semua. Matanya menunjukkan semangat api yang membara.

"Seperti yang gue omongin, kalah nggak masalah!" teriak Rose. Semua anggota mengikuti ucapannya.

"Tapi ... Apa yang perlu kita inget?? Lebih baik menang!!"

"Lebih baik menang!!"

"Gue tau kalian semua latihan bener-bener keras. Rasanya kayak sendinya copot trus lo paksa buat satuin lagi 'kan?"

"Ngelawak Bun??"

Rose mendengus. Bertepuk tangan sekali meminta perhatian kembali.

"Kalahin musuh!! Anggep mereka macem bison (Chaeyeon) yang harus ditaklukin!! Tapi ingat! Jangan maen brutal! Ok? Gue berharap kita pulang membawa kemenangan. Gue yakin harapan lo semua juga sama. Jadi, semangat guyss!!" Rose mengangkat tangannya. Disambut riuh para pemain dengan gembira.

"Makasih ya Bu Boss, lo selalu sabar buat nemenin kita latihan." Kevin mengusap air mata imajinasinya.

"Iya. Pokoknya lo janji harus beliin gue susu beruang kalo menang!" Laksa menambahi.

"Nanti Pak Adam yang traktir kita makan ayam geprek!! Fixx! Sudah diputuskan! Ya 'kan Pak??" Rose menatap pria setengah baya itu dengan kerlingan.

Pak Adam mendengus, "Makanya kalian harus menang."

Gali mengerut, "Bapak cuma bilang begitu. Setiap latihan Bapak yang tidur."

Pak Adam tertawa pelan, menepuk bahu anak didiknya itu.

"Ok. Nanti kalo kalian semua menang, saya traktir sepuasnya," tambah Pak Adam.

"Itung-itung biar kalian tambah semangat buat menangin pertandingan."

"Siap Pak!!"

Rose memberi kata-kata terakhirnya sebelum naik ke tribun penonton. Ia memilih tribun paling bawah yang notabenya biasa digunakan para pemain menghabiskan waktu istirahatnya atau sering dia sebut sebagai tribun latihan. Kursi yang khusus disediakan oleh para pemain.

Pertandingan memasuki menit pertama dan seterusnya. Rose tak segan-segan berteriak memberi arahan dan semangat kepada para pemain, rasanya tenggorokannya hampir putus namun dirinya tidak ingin berhenti.

"LASKAAAA!! ITU BANTENGG!! IYA!! GITU!! HABISIN!!"

"GALIII! INCER YANG KAYAK BELUTT!!"

"GUE NGGAK MAU NYEBUT YAA!! NONO!! LO TUH JANGAN ALUSAN SAMA CHAEYEON DOANG DONG! YANG KEPALA PLONTOS SENGGOL AJA!!

[✔] LongtempsKde žijí příběhy. Začni objevovat