Hilang

1.2K 256 0
                                    

Suara erangan keluar dari mulut gadis itu karena rasa remuk di seluruh tubuhnya yang tak tertahan. Setelah mendapat kejutan luar biasa dari Bastian, mereka menghabiskan waktu untuk kembali pergi ke alun-alun kota. Mungkin hanya Rose yang excited, namun untungnya seluruh tagihan semua ditanggung oleh Bastian. Bukannya Rose termasuk ke dalam golongan cewek matre yang hanya memanfaatkan uang sang pacar, ya jika ditawari apalagi dipaksa mana bisa dirinya menolak? Bastian 'kan anti penolakan.

Matanya berbinar saat melihat dua potong sandwich sudah siap di meja makan. Kepalanya menoleh ke segala arah, mencari seseorang yang kemarin tidur di sofa ruang tamu. Rose yakin mungkin Bastian kapok karena rasa sakit akibat terpisahkan dari kasur empuk selama semalam. Dirinya yang tidur di kasur empuk saja ini sendinya terasa mau rontok.

"BAAAASS!!?" teriak-nya dari dapur.

"Ini orang masih ngebo ya??" kesalnya sembari berjalan ke arah ruang tamu.

"Loh?? Orangnya mana??" Kepalanya melengok ke segala arah saat tak menemukan presensi Bastian.

Rose menggaruk kepalanya, cepat-cepat meraih ponselnya yang ia tinggal di dapur.

"Aku kira kamu hilang digondol penunggu apart aku tauk!" semprot Rose dipanggilan pertama yang langsung dijawab oleh Bastian.

"Oh, kamu ke mana emang?" Rose menarik kursi di sebelah kulkas. Duduk sembari memakan sandwich-nya.

"Hah? Masak? Obeng aja punya urusan sama aku." Alis Rose mengerut saat mendengar di mana Bastian berada dan bersama siapa.

"Ohh iya. Aku ada urusan sama Obeng nanti siang. Kelupaan."

Bibirnya cemberut saat mendengar ucapan Bastian.

"Kamu nginep di sana selama tiga hari??" Rose menggigit bibirnya. Menahan sorakan gembira yang mungkin malah membuat Bastian membatalkan rencananya.

"Jangan lo kira lo bisa bebas ngelakuin sesuka lo."

Rose tertawa renyah, "Ya nggak dong! Mana berani aku gitu sama kamu. Tapi rencana aku mau nginep di rumah Lisa bareng Ena selama tiga hari nggak papa 'kan??"

"Hn."

"Ihh tumben kamu baik!"

"Yaudah nggak boleh."

Kedua alis Rose menukik tajam, "Kok gitu??"

Biasa, orang. Dibaikin dibilang tumben, giliran balik arah dibilang jahat. Apasih mau lo maemunah?

"Iya-iya. Makan yang banyak Bas." Senyuman lebar terpatri di wajah. Barulah Rose berani berteriak keras setelah sambungan telepon terputus.

"Lis, otw ke rumah lo. Nginep tiga hari."

•~•~•~•
•~•~•~•

"Pacar lo kesambet apaan?" celetuk Ena.

"Kesambet Om Bowo, tapi baik," kekeh Lisa.

"Ya lo berdua harusnya bersyukur gue bisa ikutan. Kehadiran gue 'kan bikin lo candu."

Lisa dan Ena mengerut jijik. Namun tidak menampik tentang ucapan Rose barusan. Mereka sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama—yang benar-benar santai—seperti ini. Ya sebenarnya cuma satu dari pokok masalahnya, pacar sahabatnya itu saja yang terlalu memonopoli waktu.

"Gue doain si Tian biar nginep di sana selama satu minggu." Ena mengangkat kedua tanggan di depan wajah, menunjukkan gestur orang sedang berdoa.

"Sekalian aja tinggal selamanya," tambah Lisa dengan mata terpejam. Senyum kecil hadir di bibir keduanya saat melihat Rose yang terhibur dengan tingkah mereka.

[✔] LongtempsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang