Pagi yang Suram

997 231 7
                                    

Hari-hari berlalu. Tak terasa lukisan yang ia garap selama tiga hari terakhir sudah terpajang elok di belakang altar. Seluruh penjuru dipenuhi dengan bunga Sakura. Dan beberapa warna biru navy yang sangat cocok disatukan.

Sebuah senyum lebar muncul di wajahnya. Besok adalah hari-h pernikahan Ori. Dua ukiran nama hasil goresan tangannya sudah menentukan kejadian esok hari, bersama tanggal tepatnya.

Rose merangkul bahu Lisa yang berwajah masam. Pantas saja, Rose menjanjikan di sini ada berbagai macam jenis makanan, dan Lisa kira hari ini adalah hari resepsi pernikahan. Sehingga acara makan gratis seperti di bayangannya buyar seketika.

"Pagi yang jelek! Gue doain lo juga ngerasain!"

Rose mendelik, "Nggak bakal kekabul, lo aja doanya yang jelek-jelek."

Lisa mendengus, "Lihat aja."

"Eh Lis, itu beneran si bison?" Rose lantar menarik lengan gadis itu saat melihat sesosok perempuan memakai baju batik yang sama dengan keluarga Eno.

"Wah ... Kayaknya hubungan mereka bukan main deh," gumam Rose pelan.

Lisa menghela nafas, "Bukan urusan gue sih. Itu cewek 'kan emang sering caper. Mungkin aja dia sengaja samain corak baju sama keluarganya Eno."

Rose terkikik, "Kok gue pengen liat mereka putus ya? Biar si bison nangis. Hihihi."

Lisa tanpa sepatah kata menarik tangan Rose, menuju ke arah Eno dan Chaeyeon. Sang lelaki tampak tegang dan si perempuan terlihat tak tahu malu, seperti itulah mereka di mata Lisa sekarang.

Mereka berdua berdiri di di sebelah karangan bunga bakung emas kesukaan ibunya Ori, beberapa orang dengan sigap menambahi aksesoris lainnya, sehingga karangan bunga tersebut nampak begitu menawan dan mewah.

"Hihihi, tuh 'kan. Liat lo di sini aja udah panas. Wajahnya merah merekah!!" bisik Lisa dengan tawa tertahan.

"Heh! Duo onta! Lo gibahin gue?!"

Lisa mendelik. Menatap sinis ke arah gadis itu dan maju sembari meletakkan tangannya di pinggang. Bukannya terlihat menyeramkan, Rose lebih senang menganggapnya jika Lisa lebih mirip orang-orangan sawah yang memakai baju kedodoran dan memiliki badan cungkring.

Definisi tak tahu diri ya begini nih.

"Emang kenapa? Gue lagi promosiin bisonnya Pak Hartono yawh! Katanya bisonnya suka ganjen ke kebo tetangga! Makanya dijual dari pada jadi beban!" oceh Lisa.

Wajah Chaeyeon semakin mengerut tajam. Gadis itu menyilangkan tangannya di dada, mendengus dan terlihat meremehkan mereka berdua.

"Tuh 'kan!! Lo ngomongin gue! Sini! Sini nih! Ngomongin tuh di depannya! Nggak di bel—"

"Emang kita ngomong sesuatu yang nyebut nama lo? Nggak 'kan? Lisa bilang kita lagi ngomongin masalah bisonnya Pak Hartono. Apa kurang jelas?" sela Rose. Dalam hati tertawa puas saat melihat Chaeyeon yang semakin terpojok.

"Che ... udah ayo. Malu diliatin orang."

Rose menatap Ori yang kini berbisik dan menatap canggung ke sekitar. Agaknya dia malu dengan sikap Chaeyeon yang barbar. Padahal gadis itu sendiri juga sering malu-maluin. Hehe.

"Ihhh apaansi?? Gue punya urusan sama mereka! Lo pergi aja! Nggak usah ngajak gue dulu!"

Mendengar bentakan Chaeyeon yang terdengar sangat kasar telinga Rose, gadis itu pantas menarik tangan Chaeyeon yang mencoba menyentak cekalan Ori. Melepasnya secara perlahan, dan membawa Ori menjauh. Mengabaikan teriakan marah Chaeyeon dan protesan Lisa karena ditinggal sendirian.

[✔] LongtempsWhere stories live. Discover now