Putus

1.2K 248 13
                                    

"Lo beneran putus sama Tian??"

Helaan nafas berat kembali terdengar. Wajahnya semakin kesal saat melihat Lisa yang sedari tadi tak berhenti melontarkan pertanyaan yang sama.

"Diem Lis. Gue tabok mulut lo kalo tanya lagi," ujar Ena dengan wajah sebal.

Lisa menggosok lengannya dengan wajah takjub. Kakinya terangkat naik ke atas sofa, wajahnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda iba pun malah menambah gondok di hati Ena.

"Sukur deh. Lepas dari iblis macem dia."

"Lo tau apa?" sinis Rose setelah mendengar ucapan Lisa barusan.

Ena memberi tatapan tajam ke arah Lisa. Sang empu hanya mencebikkan bibir, sehingga mampu membuat Ena untuk memukul bahunya.

"Gue bilangin Tante kalo kunci motornya lo ilangin kemarin malem," bisiknya penuh ancaman.

"Ce, gue tau kalo lo sayang ama Tian. Gue juga percaya dan dukung sama keputusan lo kok. Jadi jangan sedih ya?" Ena mengelus bahunya pelan.

Rose menghela nafas.

"Gue nggak sedih. Gue cuma kecewa aja. Selama hampir dua tahun, Bastian selalu bilang ke gue kalo dia setiap bulan selalu nginep di Lembang. Gue percaya. Sekarang apa yang gue tau? Dia selingkuh hampir selama dua tahun kita pacaran. Selama itu gue diboongin sama dia."

"Lo udah yakin?" Lisa tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya.

"Gue becanda tadi. Yak ... Walaupun Tian keliatan over banget sama lo dan bikin gue akhirnya cuma sibuk main barbie sendiri tanpa adanya lo, gue tau dia tuh sayang beneran kok sama lo. Keliatan banget dia tipe cowok yang setia."

"Audah lah Lis. Gue sendiri yang liat dia keluar bareng cewek yang lo foto keluar rumahnya pas gue dateng ke Lembang." Rose mengibaskan tangannya.

"Eh bentar. Kalo gitu, lo yakin apart ini aman?" Lisa menatap sekitar dengan waspada. Ia sangat tau tabiat Tian yang tidak pernah ingin memberi celah Rose untuk bergerak sedikitpun.

"Ya aman lah! Ngapain nggak aman! Kecuali kalo ada cctv dari orang luar!" gerutu Rose.

"Aneh lo!"

"Iya. Nggak usah ditanggepin omongannya Lisa. Sekarang, lo istirahat deh. Gue sama Lisa bakalan balik pas lo udah tidur," ujar Ena.

Rose menggeleng pelan, "Lo berdua nginep aja. Temenin gue."

"Manja amat." Lisa mencebik.

"Aww! Kuku lo udah nggak lo potong lima tahun ya?? Panjang amat kayak kukunya kunti!" Lisa mengusap lengannya yang terasa perih, memberikan raut wajah kesal kepada Ena.

"Ya lo sih."

"Biarin aja Ce. Kalo dia nyuruh lo buat nginep, jangan pernah mau," sinis Ena.

"Iya sih. Gue juga udah nggak ada niatan buat tidur di kolong kasurnya Lisa."

Lisa melotot, "Gue nggak pernah memperlakukan tamu se-nggak sopan itu ya!"

Rose tersenyum mengejek, "Emang iya? Siapa yang waktu itu nyuruh tamunya buat masakin di pagi-pagi buta? Lo kenal nggak orangnya?"

"Nah ... Kayaknya gue waktu itu ngelindur. Lo-nya aja yang—"

Dor! Dor! Dor!

Mereka bertiga saling tatap. Masing-masing membatin dalam hati. Entah prakira tentang maling sopan yang ingin mencuri tapi ketuk pintu dulu lah, tentang tetangga yang suka minta mie instan lah, atau Om Bowo yang katanya genderuwo peliharaannya Lisa sedang berkunjung. Tapi pikiran konyol mereka langsung sirna setelah mendengar suara yang terdengar serak dan bercampur emosi.

[✔] LongtempsWhere stories live. Discover now