Kubistik

1.3K 279 4
                                    

Rose memandang lelah Lisa yang dengan santainya menyeruput kopi panas sambil menonton tv. Sebenarnya sang tuan rumah siapa sih??

"Lo nggak dicariin Tante apa?" Rose mengambil duduk tepat di samping Lisa.

Lisa mendelik, "Gue jungkir balik di aspal Mama juga nggak bakalan kasihan. Malah ketawa dia."

Rose tertawa, "Makanya, jangan jadi anak durhaka."

Lisa menaikkan kedua kakinya di sofa, mengubah posisi tubuh menghadap Rose. Matanya melotot menunjukkan emosi berlipat ganda.

"Nih ya, Mama tuh lebih suka anaknya menderita!"

"Contohnya?" tanya Rose. Penasaran tentang hubungan Lisa yang seolah-olah layaknya teman dengan mamanya.

"Ya masak gue jatuh dari motor pas belajar disukurin?? Gue bales ganti dong pas Mama nangis karena ikannya gue goreng!" Lisa semangat bercerita.

Rose menepuk bahu gadis itu, "Yeee, itu mah lo yang durhaka! Udah tau dulu masih SD! Tapi sok-sokan naik motor! Lagian, itu 'kan ikan peliharaan Mama lo! Ikan kesayangan Mama lo! Pantes lah dia marah gegara ikannya lo bunuh!"

Lisa cengengesan. Bersyukur mempunyai mama gaul seperti orang tuanya.

"Gue sih nggak papa. Asal dibeliin mobil—"

Drrrt! Drrrt!

Rose mengelap jari tangannya ke baju karena sehabis makan chiki, kebiasaan dari kecil yang diajarkan oleh sang suhu, yaitu Lisa!

Lisa mendengus saat tau siapa orang yang menganggu sesi santai dengan sahabatnya.

"Kenapa sih Tian nggak bisa biarin lo diem anteng bentaaaaar aja sama temennya??" ketusnya.

Rose terkekeh kecil, menepuk bahu sahabatnya pelan.

"Iya. Ini aku bareng Lisa."

"Jangan woy jangan!" teriak Lisa secara spontan saat Bastian mengatakan jika dirinya akan mampir ke apartemen Rose.

Rose mengusap telinganya kasar. Menatap kesal ke arah Lisa dan mendorong gadis itu menjauh.

"Bisa budeg kuping gue!"

"Kamu lanjutin aja. Iya, Lisa aku suruh nginep di sini."

Lisa mengikuti gaya bicara Rose dengan wajah mengejek. Ya mau bagaimana lagi, ia kesal karena Rose masih saja mempertahankan hubungannya dengan Bastian yang perilakunya sudah seperti Bapak bagi sahabatnya itu. Memang benar semua pilihan adalah hak Rose, tapi Lisa juga tidak setuju saat waktu sahabatnya itu selalu di doktrin oleh Bastian. Ini-itu harus ijin! Waktu hang out pun dibatasi.

"Ish! Ya aku nggak tau dong! Kok kamu malah tau?!" teriak Rose penuh rasa kaget.

"Bas, kayaknya kamu cocok deh kalo jadi dukun!"

"Dukun pala lo!" Lisa memukul bahunya kesal. Setelahnya berdiri dan berjalan ke arah dapur untuk menemukan sesuatu yang bisa membuat perutnya terisi.

"Udah gue tau dia punya cctv juga!" dengus Lisa saat mendengar suara Rose yang samar-samar dari ruang ramu. Menyeduh Pop M*e yang berhasil ia temukan di kardus bawah kompor.

"Wah, si Oce bisa-bisanya sembunyiin ini dari Tian! Salut gueee." Lisa menggelengkan kepalanya.

"LISAAAAA!!"

Lisa berdecak, "Apa??!!"

Rose memberengut, "Kok lo marah sih?"

Dengusan terdengar dari gadis bersurai merah bata itu, "Ya lo hampir buat telinga gue nggak berfungsi lagi."

[✔] LongtempsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang