Part 17

2.1K 448 25
                                    

Hujan deras sedari subuh membuat Arimbi memilih untuk kembali bergelung dalam selimut, kalau hujan seperti ini, datang terlambat ke kantor menjadi hal yang lumrah. Arimbi terlalu lelap hingga ia tidak mendengar bunyi alarm yang diaktifkannya tadi. Sementara hujan diluar berangsur mengecil.

"Rimbi, bangun sayang, sudah pukul setengah delapan pagi."

Arimbi menggeliat dibalik selimut, ia menurunkan selimut kemudian duduk bersandar pada punggung ranjang.

"Iya, Ma. Ini Rimbi bangun." Balas Rimbi.

"Anak gadis nggak boleh malas-malasan, harus bangun pagi. Nanti kalau Bagas tahu kamu malas-malasan dia nggak mau lagi jalan sama kamu." Kata ibunya.

"Iih, Mama kok ngomongnya begitu sih, ini Rimbi mau mandi." Arimbi bergegas menuju kamar mandi.

Karima menggelengkan kepala, sebelum keluar dari kamar putrinya, ia merapikan ranjang Arimbi.

Setengah jam kemudian Arimbi menuju meja makan, hanya mamanya saja disana karena ayahnya sudah berangkat.

"Mmm mie gorengnya keliatannya enak sekali, Ma." Arimbi menarik kursi kemudian duduk. Ia mulai menyantap sarapannya dengan nikmat. Suapan Arimbi tertahan, ponselnya berdering, melihat nama Bagas pada layar ponselnya Arimbi tersenyum.

"Assalamualaikum." Sapa Arimbi.

"Waalaikumsalam, Princes. Belum berangkat kerja?" Balas Bagas di seberang sana.

"Belum, masih sarapan ini dirumah."

"Okey, tunggu aku jemput ya, sepuluh menit lagi aku nyampe. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, yah dimatiin." Gumam Arimbi.

"Siapa sayang?" Tanya mamanya.

"Bagas, Ma. Katanya sepuluh menit lagi dia nyampe." Kata Arimbi.

"Dia mau jemput kamu? Buruan sarapannya jangan sampai kelamaan nanti dia nunggunya."

"Iya, Ma. Ini juga Rimbi lagi makan."

Sepuluh menit kemudian Bagas sampai di rumah Arimbi, setelah pamit mereka lamgsung berangkat. Beruntung Bagas menjemputnya, hujan yang sebelumnya sudah mereda kembali deras.

"Kamu tahu dari mana aku masih di rumah?" Tanya Arimbi.

"Aku asal nebak aja, kalau pagi hujan deras biasanya pada datang terlambat ke kantor." Balas Bagas.

Arimbi tertawa, "iya, bener, kamu gitu juga nggak?" Tanya Arimbi.

"Kadang-kadang. Aku kan bosnya jadi kapan-kapan aku datang."

"Idiiih, sombong bener." Ejek Arimbi, mereka berdua tertawa.

"Oya, Ibuku nanya, kapan kamu main ke rumah lagi?" Kata Bagas.

"Ke rumahmu? Lagi?"

"Iya."

"Aduuuuh, aku nggak tahu harus ngomong apa sama eyang. Kayaknya dia nggak suka aku." Kata Arimbi dengan wajah murung.

"Baru ketemu sekali, kalau sudah berkali-kali eyang pasti suka sama kamu." Ucap Bagas meyakinkan.

"Kamu yakin?" Tanya Arimbi ragu.

"Yakin." Balas Bagas mantap

"Kenapa bisa seyakin itu?"

"Karena aku juga mulai suka sama kamu."

"Apa?"

Bagas terbatuk, sepertinya ia sendiri tidak sadar akan ucapannya.

"Sudah sampai." Ucap Bagas mengalihkan pembicaraan

"Bagas, tadi kamu ngomong apa?" Desak Arimbi.

"Sudah sana masuk, nanti gajimu dipotong lo." Elak Bagas.

Arimbi menatap kesal pada Bagas. Ia berbalik, membuka pintu lalu keluar dari dalam mobil. Setelah  Arimbi berjalan beberapa langkah Bagas menurunkan kaca mobil.

"Rimbi," panggil Bagas.

"Apa?" Kata Arimbi masih kesal. Bagas melambaikan tangan meminta Arimbi mendekat. Lalu ia meminta Arimbi menunduk seperti orang yang akan berbisik.

Tanpa di duga Bagas mengecup pipi Arimbi cepat, ia juga membisikkan sesuatu ditelinga Arimbi.

"Aku menyukaimu." Bisik Bagas.

Arimbi masih tertegun ditempatnya, ia memegang pipinya yang terasa panas lalu sebuah senyum terukir di wajahnya sembari menatap mobil Bagas yang menjauh.

***

Melepas kangen dulu ama mas Bagas sama neng Rimbi ya ☺🤗😘

Blind DateWhere stories live. Discover now