Prolog

10.5K 804 17
                                    

Bagas menghela napas, diturunkannya kaca mata minus yang selalu bertengger di hidung mancungnya, dilapnya menggunakan tisu setelah terlihat bersih ia memakainya lagi.

"Bagas, opo kowe ngrungokne omongane, Eyang?" Tanya Eyang Muti dengan nada kesal.

(Bagas, apa kamu mendengar kata-kata eyang?)

Suasana diruang keluarga terasa menegangkan, kedua orang tua Bagas hanya bisa menatap anaknya kasihan. Sebagai orang tua mereka tidak ingin membatasi putranya tentang apapun selama yang dilakukan Bagas benar. Namun, mereka juga tidak bisa membantah keinginan sang ibu.

Bagas menatap eyangnya dengan wajah tidak terbaca.

"Inggih, Eyang."

(Iya, eyang)

"Terus?" Seru Eyang Muti dengan nada tinggi.

(Lalu)

Lagi, pria berkulit hitam manis dengan lesung pipi di wajahnya itu menghela napas. Tangannya memainkan jemarinya. Lalu, ditatapnya wajah Eyang Muti dengan keyakinan yang cukup kuat.

"Eyang, mboten sah repot-repot madodke Bagas jodo. Bagas mesti ketemu jodonipun Bagas piyambak. "

(Eyang nggak usah repot-repot mencarikan Bagas jodoh, Bagas pasti menemukan jodoh Bagas sendiri.)

Perempuan paruh baya itu terlihat menahan emosi, meski sudah berusia lanjut Eyang Muti masih terlihat cantik, garis wajahnya menunjukkan bahwa ia adalah perempuan yang tegas dan sedikit otoriter.

"Kowe loh, tinggal milih thok,putu-putune koncone Eyang akeh sing enom-enom, ayu, pendidikanr dhuwur  lan sing paling penting kui kabeh keturunan priyayi, podho karo awake dewe. "

(Kamu loh, tinggal memilih saja. Cucu-cucu teman eyang banyak yang muda-muda, cantik, berpendidikan dan yang paling penting itu mereka keturunan bangsawan, sama seperti kita.)

"Tapi eyang ... "

Perempuan paruh baya itu berdiri, wajahnya jelas menunjukkan isi hatinya saat ini, bahkan kedua orang tua Bagas hanya bisa diam saja, tidak berani membantah kata-kata ibunya.

"Pokonya Eyang pengen kowe cepet nikah, umurmu wis pas, lan ... "

(Pokoknya eyang ingin kamu segera menikah, usiamu sudah pas, dan ... )

Eyang Muti menarik napas panjang, wajah penuh amarah tadi tiba-tiba berubah sendu.

"Eyang pengen momong cicit, sakdurunge Sang hyang widhi  mundhut Eyang."

(Eyang ingin menimang cicit, sebelum sang hyang widhi memanggil eyang.)

***

Mohon sarannya ya 🙏🙏🙏

Blind DateWhere stories live. Discover now