Part 29

1.4K 326 68
                                    

"Eyang mau kemana?" Bagas segera meletakkan nampan berisi buah-buahan ke atas meja lalu melangkah cepat ke arah eyang yang tengah berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya.

"Eyang mau duduk-duduk di teras belakang, eyang bosan di kamar terus." kata eyang.

"Eyang bisa minta tolong untuk ditemani ke sana. Ayo, Bagas temani." Bagas membantu eyang berdiri kemudian membantunya duduk di kursi roda yang sudah disediakan.

"Akhirnya eyang bisa melihat tanaman-tanaman eyang lagi." kata eyang tersenyum bahagia, tak lama ia mengerutkan kening. "Bunga-bunga eyang yang di sebelah kanan sepertinya bunga yang lama, biasanya dari toko bunga langganan eyang diantar 3 hari sekali." kata eyang.

"Maaf, Eyang. Beberapa hari ini katanya toko bunganya tutup, katanya lagi ada musibah." kata Bagas.

"Oh ya?" seru eyang terkejut. "Semoga segera buka lagi tokonya, itu toko kesukaan eyang. Bunganya bagus-bagus, pegawainya ramah-ramah. Pemiliknya juga sangat ramah, sopan dan masih cantik." jelas eyang.

"Semoga segera buka lagi, dan eyang segera sembuh biar bisa ke tokonya langsung."

"Aamiin ya rabbalalamin. Oh ya, kamu ada kabar dari Tiara belum? katanya dia mau jenguk eyang tapi kok ndhak muncul-muncul." tanya eyang.

"Bagas ndhak tahu, Eyang."

"Coba kamu hubungi dia, kalau ndhak menjawab teleponmu, kasihan loh dia anak gadis tinggal sendirian di kota besar seperti ini. Kamu sekali-kali lebih perhatian ke Tiara, tadi ayahnya menghubungi eyang." kata eyang.

"Iya, eyang." kata Bagas.

"Eyang lagi di sini rupanya, aku cati ke kamar tadi ndhak ada." kata Ayu adiknya Bagas.

"Cah ayu, sini, bagaimana kuliahmu?" tanya eyang lembut.

"Baik, Eyang. Eyang mau minun sesuatu?" tanya Ayu.

"Boleh, eyang mau minum air hangat saja." pinta eyang.

"Baik, Eyang. Mas Bagas mau minun sesuatu?" tanya Ayu pada kakaknya.

"Ndhak usah, sebentar lagi mas mau berangkat ke kafe." kata Bagas. Ayu beranjak menuju dapur. Di tengah perbincangan Bagas dan eyang tiba-tiba ada suara seseorang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum."

Sontak Bagas dan eyang menoleh.

"Waalaikumsalam." jawab Bagas dan eyang bersamaan.

"Maaf, anda siapa?" tanya Bagas heran.

"Perkenalkan saya, dokter Haikal, saya dokter spesialis penyakit dalam yang diminta dokter Bambang untuk mengecek kesehatan nyonya Muti."

"Oh, dokter Haikal, ya ya dokter Bambang sudah memberitahu saya sebelumnya. Bagas, perkenalkan dokter Haikal." kata eyang.

"Iya, Eyang. Bagas, cucu pertama eyang." ucap Bagas memperkenalkan diri.

"Seperti yang dokter Bambang bilang, kamu dokter muda dan terpercaya." kata eyang.

"Maaf, aku harus kembali kerja. Dokter Haikal tolong periksa kesehatan eyang ya. Nanti anda ditemani adik saya." kata Bagas.

"Jangan khawatir." ucap Dokter Haikal sembari tersenyum.

"Eyang, Bagas pamit dulu." pamit Bagas.

"Iya, hati-hati di jalan, jangan lupa hubungi Tiara." pesan Eyang.

***

Di dalam mobil, pikiran Bagas melayang ke Arimbi. Sejak malam itu Bagas tidak bisa tidur nyenyak, tidak bisa makan dengan enak. Hatinya merasa aneh, merasa sepi dan selalu berdebar. Debarannya membuatnya semakin resah, seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

Blind DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang