2❤️

3K 211 10
                                    

Reynald mencari keberadaan Diana, tapi tidak mendapati gadisnya. Dia menanyakan kepada salah satu karyawan, karwayan itu memberi tahu keberadaan Diana saat ini sedang di cafe dekat kantor karna waktu sudah menunjukkan waktu istirahat.

Saat sampai di cafe yang ditujukan, wajah Reynald memerah menahan amarah saat melihat seorang pria mengelus puncuk kepala Diana. Tanpa basa basi Reynald langsung menghampiri mereka dan...

"Bugh!" satu pukulan keras menghantam wajah pria itu.

Semua orang histeris berteriak melihat kejadian itu, terkecuali Diana yang membeku ditempat melihat kejadian itu langsung di depan matanya.

"RION!" teriak Diana saat melihat wajah temannya yang mengeluarkan darah segar, lebih tepatnya di ujung bibir dan pelipisnya.

Diana langsung berlari menghampiri pria yang dipanggilnya Rion dan langsung memangku kepalanya.

"Rion, bangun, Rion." tangis Gadis itu pecah melihat temannya yang sudah pingsan berlumuran darah. Diana menatap orang-orang disana tapi mereka hanya tertunduk tanpa ingin membantunya. Apakah orang-orang disini buta Atau apa? Batin diana.

Diana berdiri mengampiri Reynald, sebelumnya dia sudah meletakkan kepala Rion ke lantai. Diana mengepal tangannya pertanda Dia sedang marah.

"Maksud Om apa mukul temen saya?" Reynald terkekeh geli ketika Diana memanggil dirinya dengan sebutan "Om".

"Saya bukan Om kamu." Reynald menahan emosi untuk tidak melukai Gadis di depannya itu.

Sedangkan beberapa orang tengah memperhatikan mereka.

"Itu temen lo, kok berani banget ya sama bos." Dinda geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya yang terlewat limited edition.

"Kok temen gue?, itu temen lo juga kali." Bryan ingin sekali membunuh Gadis disampingnya, jika Diana sudah melakukan hal-hal konyol pasti Dinda enggan menganggapnya teman.

"Bagus lo samperin Diana cepat, sebelum dia buat masalah besar." ujar Dinda menyuruh Bryan agar menghampiri Diana, karna dia tidak ingin temannya terlibat masalah, apalagi dengan Bos mereka.

"Biarin aja kali, nggak mungkin dia berani sama bos." Bryan mendengkus sebal, enak saja dirinya yang di suruh, lagi pula siapa yang ingin dirinya masuk ke kandang singa yang sedang mengamuk.

"Lo nggak mau bantu dia? Yaudah gue aja." Dinda berlari kecil menghampiri Diana.

"Ana, ayo pergi." Dinda menarik tangan Diana, namun langsung ditepis oleh sang empu.

"Nggak!"

"Diana, ayo, lo gak liat itu Rion udah  kehilangan banyak darah." Dinda mencoba membujuk Diana sekali lagi tapi hasilnya nihil.

"Lo sama Bryan, bantuin Rion."

"Tap- tapi, Na"

"Lo gak denger gue ngomong apa tadi, Din, bantuin Rion!" Dinda terkejut saat Diana membentak dirinya. Astaga Orang yang humoris kalo lagi marah Serem juga ya, gumamnya.

"Hati-hati, Na. Di depan lo itu bos kita." Dinda mengusap lengan temannya agar emosinya reda.

"Boss?" tanya Diana, Dinda langsung menganguk pertanda iya.

"Lo nggak tau?"

"Nggak!"

"Astaga, lo tolol banget sih." umpatan keluar dari mulut Dinda dan di hadiahi tatapan tajam dari Diana.

Always Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang