BAB 06

1.4K 142 1
                                    

Publish : 10 Agustus 2021
Revisi     : 19 November 2021

"Ayo naik!"

Gina menoleh ke samping, ada Jaemin yang duduk di atas jok motor nya. "Apa sih, ganggu aja."

"Temen lo gak bakal dateng jemput elo, udah ayo berangkat sama gue aja."

"Naik atau lo terlambat!"

"Iya-iya gue naik, nyebelin banget sih Chenle udah gue suruh jemput juga malah gak jemput," gerutu Gina.

Jaemin dan Gina sampai di sekolah tepat tujuh menit sebelum bel berbunyi. Gina menghela nafas lega karena tidak terlambat, ini semua berkat Jaemin sih. Tadi Jaemin mengendarai motor nya dengan kecepatan di atas rata-rata agar cepat sampai.

"Dua kali gue hampir terlambat, nanti gue mau minta ke mama cariin supir pribadi buat antar-jemput gue deh."

Ucapan Gina yang pelan itu ternyata terdengar oleh Jaemin. "Kan ada gue, ngapain cari supir pribadi."

"Apaan sih lo, gak jelas banget."

"Gue yang bakal antar-jemput elo ke sekolah," Jaemin berjalan di sebelah Gina.

"Gue nggak mau di antar-jemput sama elo," setelah mengucapkan itu Gina langsung berlari menuju kelasnya.

"Lo berubah Gin," batin Jaemin.

Sampai di kelas Gina langsung memarahi Chenle dan itu membuat Chenle bingung. Winter dan Sungchan juga ikutan bingung, karena Gina yang tiba-tiba marah-marah.

"Gin lo kenapa sih, memang Chenle salah apa kok sampe marah gitu?" Tanya Winter.

"Sumpah ya Le, elo nyebelin banget kan gue udah bilang kalo berangkat, jemput gue. Gara-gara elo nggak jemput gue, tadi gue berangkat sama Jaemin. Ih males banget asli, mana dia nyebelin juga sama kek elo tapi elo lebih nyebelin sih."

Saat Chenle akan protes karena tuduhan Gina, guru yang mengajar masuk ke kelas akhirnya tidak jadi. Winter mengusap pelan bahu Gina agar temannya itu tidak terlalu emosi seperti tadi.

Istirahat, Gina sama sekali tidak berbicara dengan Chenle. Bahkan ketika Chenle mengajaknya berbicara, Gina pura-pura tidak mendengar dan selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain asalkan tidak menatap Chenle.

"Gin please jangan diem-in gue kayak gini."

"Oke gue minta maaf karena nggak jemput elo," Chenle bangkit dari duduknya lalu pergi ke ruang osis karena ada urusan.

Winter dan Sungchan tidak mau ikut campur, karena Gina kalau marah pasti akan mendiami orang yang membuatnya marah. Jika Winter dan Sungchan ikut campur apalagi membela Chenle nanti malah mereka yang akan di diami Gina.

Memang sih Gina kebangetan, padahal cuma kesalahan kecil tapi di besar-besarkan. Tapi Gina seperti ini karena sedang sebal juga dengan mantan terindah nya, Jaemin.

                                     🌧️🌧️🌧️

Gina pulang nebeng teman beda kelasnya yang bernama Sisca. Tadinya Jaemin mengajaknya pulang bersama tapi Gina tidak mau dan kebetulan Sisca lewat akhirnya mereka pulang bersama.

"Makasih Sis, nanti gue traktir elo deh ya."

"Yoi sama-sama, nggak usah juga gak papa kok. Gue ikhlas, tapi kalo boleh bagi nomornya Chenle dong," Sisca tertawa pelan.

"Itu mah nggak ikhlas namanya," Gina menatap sinis ke arah Sisca.

"Bantu gue lah Gin, udah dua bulan gue minta nomor Chenle ke orangnya langsung tapi nggak dapat-dapat. Mau minta ke temen cowoknya gue malu," Gina langsung mengirimi nomor Chenle ke Sisca.

"Udah gue kirim tuh."

"Makasih, udah ya gue pulang," Gina mengangguk lalu masuk ke dalam rumah.

Makan malam kali ini suasananya sangat hening. Sama sekali tidak ada suara pembicaraan dari empat orang yang sedang makan itu. Setelah habis, Gina langsung pamit ke dalam kamar, ia sangat malas berlama-lama di satu tempat dengan Jaemin.

"Yah, ma, aku ke kamar ya mau belajar lagi banyak tugas nih."

"Oh ya udah, kamu yang semangat ya belajar nya."

"Iya ayah."

"Jaemin juga yah, mau langsung ke kamar aja mau main game."

"Nana, kamu kan udah kelas dua belas harusnya kamu yang rajin belajar nya bukan malah main game terus."

"Jaemin udah belajar tadi pagi sampai siang, sore juga tadi baca-baca dikit. Nah malam nya mau main game biar nggak bosan. Ayah bisa ngertiin Jaemin?"

Ayah menghela nafas lelah, "oke terserah kamu. Tapi jangan buat ayah kecewa kalo sampai nilai turun dan nggak keterima di universitas yang kamu idam-idamkan dari dulu."

Jaemin mengangguk dan menyusul Gina ke kamarnya. Gina membuka pintu kamarnya dan saat akan menutupnya Jaemin menahan pintu itu menggunakan kakinya.

"Kenapa? Jangan ganggu gue sehari aja bisa nggak sih!"

"Jangan terlalu dekat sama teman lo yang putih itu, bisa?"

"Lo siapa gue nyuruh-nyuruh jauh-in Chenle?!"

"Gue kakak lo, jadi tolong turutin apa yang gue bilang tadi."

Gina mendengus pelan, matanya menatap tajam Jaemin. Gina menendang kaki Jaemin sampai keluar dari kamarnya dan langsung menutup pintu kamar itu lalu menguncinya.

"Please Gin jangan terlalu dekat sama Chenle-Chenle itu, gue nggak suka. Gue nggak mau lo deket sama laki-laki lain."

Gina yang masih berdiri di belakang pintu mendengar semua ucapan Jaemin. Jantung nya langsung berdetak sangat cepat, apa-apaan ini.

Gina menggeleng tegas, apa maksud Jaemin tidak suka jika ia berdekatan dengan lelaki lain padahal Jaemin sendiri malah pacaran dengan teman satu kelasnya. Gina tidak boleh dekat dengan lelaki lain dan Jaemin bisa bebas dekat dengan wanita lain. Sangat tidak adil bukan?

"Hati gue sakit lihat elo ketawa sama cowok lain," Jaemin kembali berbicara.

"Gue lebih sakit hati saat lihat elo pacaran sama Karina, bahkan gue lihat dengan mata kepala gue sendiri saat elo ciuman sama Karina," batin Gina setelah itu ia menuju meja belajarnya dan mulai fokus untuk mengerjakan tugas.

"Gue lebih sakit hati saat lihat elo pacaran sama Karina, bahkan gue lihat dengan mata kepala gue sendiri saat elo ciuman sama Karina," batin Gina setelah itu ia menuju meja belajarnya dan mulai fokus untuk mengerjakan tugas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER | JAEMIN [END]Where stories live. Discover now