BAB 11

1.2K 116 4
                                    

Publish : 22 Agustus 2021
Revisi     : 19 November 2021

Jaemin mengajak Gina ke pasar malam, dan secara tidak sadar Gina menggandeng tangan Jaemin saat masuk ke dalam area pasar malam ini. Gina merasa sedikit takut karena ramai, takut terpisah dengan Jaemin nanti kalau sendirian kayak orang hilang.

"Lo mau gue traktir apa?"

"Sebenarnya gue nggak mau apa-apa tapi cuma mau keliling-keliling aja sih."

Gina mengangguk, "oke, kita keliling pasar malam ini."

Kini Jaemin berjalan di belakang Gina, karena terlalu ramai jalan menjadi sempit. Gina berhenti mendadak saat berada di depan kedai es krim. Jaemin yang tidak terlalu memperhatikan langkahnya hampir saja terjatuh.

"Kalo mau berhenti, bilang-bilang dong!"

"Ya maaf, gue tiba-tiba kepingin es krim. Beli yuk yang rasa strawberry."

Jaemin menggeleng tegas, "gue nggak suka strawberry."

"Oh iya lupa."

"Mas beli es krim rasa strawberry satu, sama rasa coklat nya satu ya."

Gina menghampiri Jaemin yang duduk di bangku dekat kedai es krim. Kedua tangannya membawa es krim, dan salah satunya ia berikan pada Jaemin.

"Makasih."

"Sama-sama, kak nggak mau nyoba es krim strawberry ini. Enak banget loh, asli deh."

Jaemin menggeleng, "nggak, terima kasih."

Hening beberapa menit, "gue seneng, lo panggil gue dengan sebutan kak. Tapi gue lebih seneng kalo lo panggil gue kayak dulu waktu kita masih pacaran."

Gina terkekeh geli, "halu banget lo. Kita udah end lama ya, jangan ungkit-ungkit lagi."

"Balikan yuk?"

"Gila lo!"

"Ah iya gue baru inget, lo kan sekarang udah punya pacar ya. Cowok yang putih itu siapa namanya dah."

"Chenle?" Jaemin mengangguk lalu menjilati es krim yang meleleh di tangannya.

"Iya dia pacar gue-"

"Putus aja sih, terus jadian sama gue."

"Dih apaan dah, nggak mau."

"Ya udah kalo lo nggak mau putus sama Chenle, gimana kalo lo selingkuh aja sama gue."

"Lo beneran gila ya kak!"

Jaemin tertawa lalu menggandeng tangan Gina menuju mobilnya dan pulang.

Sejak satu jam yang lalu, Gina terus memikirkan ajakan Jaemin tadi. Jujur saja, Gina masih ada rasa dengan Jaemin tapi hatinya masih sakit saat mengingat bagaimana Jaemin memutuskan hubungan mereka.

"Gue cinta sama Jaemin, begitu pula sebaliknya. Tapi gue sama dia nggak akan bisa bersama, karena kita kakak-beradik."

                                     ☁️☁️☁️

Sarapan pagi ini sangat hening, Jaemin dan Gina merasa canggung. Ah tidak, hanya Gina yang merasa canggung saat ini.

"Gina sarapan nya sudah selesai belum?" Tanya ayah, Gina mengangguk.

"Udah yah."

"Ayo ayah antar ke sekolah."

Jaemin menahan tangan ayahnya, "Gina biar bareng sama Nana aja yah."

Ayah dan mama tersenyum senang.

"Gina mau kan berangkat sama kak Jaemin?" Tanya mama.

"Mau ma."

Gina berjalan menuju kelasnya sambil bersenandung kecil. Tiba-tiba Chenle datang dari arah belakangnya. Gina langsung menahan tangan Chenle, karena Chenle sama sekali tidak terlihat akan menyapanya.

"Le ke kelas bareng yuk."

Chenle menatap wajah Gina sebentar lalu melepaskan tangan Gina dari tangannya. "Ayo, tapi nggak usah pegang-pegang."

"Ih sensi banget sih, masih pagi juga. Lo kenapa sih Le, kok rada beda gitu sama gue?" Chenle hanya diam, bahkan saat sampai di kelas pun Chenle bersikap seperti orang asing saat dengannya.

"Chenle ih, lo kok beda sih kenapa?" Rengek Gina sambil memegang lengan Chenle.

"Beda gimana?"

"Ya beda, lo ke Winter sama Sungchan kayak biasa gitu sedangkan sama gue lo rada judes terus nggak terlalu nanggapin ucapan gue."

"Gue lagi sariawan."

"Ih sumpah ya nyebelin banget sih."

Pulang sekolah, Gina bersama Jaemin. Wajahnya sedari tadi cemberut karena tingkah Chenle yang tiba-tiba berubah.

"Lo kenapa?"

"Kepo banget jadi orang."

"Dih, di tanya bener-bener malah gitu jawabnya."

"Lo nggak perlu tau kak."

"Chenle jauhin elo?"

Gina berhenti di tangga paling atas lalu berbalik. Otaknya berfikir dan saat melihat senyum Jaemin, ia semakin yakin kalau Jaemin lah yang membuat Chenle berubah.

"Lo apain Chenle gue?"

"Sedikit ancaman," ucap nya santai.

"Monyet yeee, emang bener-bener udah gila ya Jaemin Narendra!"

Jaemin menaiki tangga, "makanya balikan sama gue, kalo lo mau Chenle nggak jauh-in elo," bisik Jaemin.

"Nggak bisa, kita bersaudara Jaem."

"Tapi bukan saudara kandung."

"Kalo mama sama ayah tau gimana?"

"Kalo di antara kita nggak ada yang bilang, ya mereka nggak akan tau."

Gina mengangguk lalu mengangguk pelan. Jaemin tersenyum dan langsung saja memeluk tubuh Gina sangat erat. Jaemin sangat merindukan gadisnya.

Karena mama dan ayah belum pulang dari kantor, Gina dan Jaemin pergi kencan di rumah. Sebenarnya Jaemin mengajak Gina pergi ke luar, tapi Gina tidak mau karena takut ada yang melihat dan memberitahukan pada orang tua mereka. Bisa saja kan mereka bertemu dengan teman-teman orang tua mereka di luar sana. Dan melihatnya bermesraan dengan kakak tirinya sendiri.

"Sorry gue pernah ninggalin elo waktu itu. Jujur gue stres banget, waktu ayah ngenalin mama ke gue dan bilang kalo mereka mau nikah."

"Karina bilang ke gue, suruh putusin elo dan dengan bodoh nya gue nurut sama perintah dia."

"Nggak papa kak, gue juga masih nggak nyangka kalo orang tua kita nikah dan akhirnya kita jadi saudara."

"Jangan tinggalin gue kak," ucap Gina sambil memeluk lengan Jaemin.

Jaemin mengelus pelan rambut Gina, lalu mengecupnya. "Nggak akan, Jaemin akan selalu ada di samping Gina."

Sorry kalo ada typo.

Sorry kalo ada typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER | JAEMIN [END]Where stories live. Discover now