BAB 12

1.1K 107 0
                                    

Publish : 25 Agustus 2021
Revisi     : 19 November 2021

Sudah berbulan-bulan hubungan Gina dan Jaemin baik-baik saja. Selama ini juga tidak ada yang tau kalau mereka balikan. Gina dan Jaemin benar-benar pandai menyembunyikan hubungan mereka.

Saat ini Jaemin sedang ujian, Gina selalu menyemangati dan memberi perhatian lebih agar Jaemin semangat mendapatkan nilai yang bagus. Dan Gina sebagai adik kelas tentu saja libur.

"Gina, bantu mama bikin kue bolu yuk."

Gina yang hanya bersantai-santai di kamar langsung keluar dan menghampiri mamanya. "Bahan-bahan nya udah ada ma?"

"Udah kok, makanya mama panggil kamu. Kalo belum ya mama belanja dulu."

"Ma, kak Jaemin nanti kuliah di mana? Mama tau nggak?"

Mama mengangguk pelan, "Jaemin pernah bilang kalau dia mau kuliah di UI."

"Semoga aja keterima," mama mengangguk. "Mama yakin sih kalo Jaemin keterima, Jaemin kan anak yang cerdas."

Sudah hampir dua mingguan mama sudah tidak bekerja lagi. Sebelumnya mama sempat sakit, dan itu membuat ayah khawatir. Akhirnya mama nggak dibolehin kerja lagi.

"Sebenarnya ya Gin, mama bosan kalo di rumah sendirian."

"Kan aku libur ma."

"Iya tapi kan cuma seminggu doang, habis kakakmu selesai ujian kan kamu berangkat ke sekolah. Mama butuh teman."

Padahal sebelum-sebelumnya Gina sudah libur tapi mamanya tetap saja merasa kesepian.

"Ada yang mau mama omongin sama kamu dan kakakmu Jaemin."

"Apa ma?"

"Mama ngomong nya nanti kalo kakakmu udah pulang."

Gina mengangguk pelan, lalu membantu mamanya membuat kue bolu.

Saat ini Jaemin sudah pulang, dia juga sudah ganti baju dan makan siang. Mama meminta Gina dan Jaemin untuk pergi ke ruang keluarga. Dan saat Gina dan Jaemin duduk di sofa ruang keluarga, mama membawa satu buah map.

"Anak-anak mama, kalian tau kan kalau mama udah nggak kerja lagi."

Gina dan Jaemin mengangguk.

"Mama bosan dan kesepian. Kalian kan sekolah, mama cuma sendiri di rumah ini. Nggak mungkin kan kalo mama minta ayah di rumah aja sama mama, apalagi kalo mama minta kerja lagi pasti nanti ayah marah."

"Maksudnya ma?" Tanya Jaemin, menurutnya mama terlalu bertele-tele.

Mama mendorong map itu dan membukanya. "Mama dan ayah berniat untuk mengadopsi anak tapi kami mau minta persetujuan kalian terlebih dahulu. Kalian berhak nolak kok kalau memang nggak mau mama sama ayah adopsi anak."

Gina dan Jaemin saling memandang lalu keduanya melihat mama. Ekspresi mama membuat Gina dan Jaemin jadi tidak tega untuk menolak.

"Jaemin sih, setuju-setuju aja kalo mau ngadopsi anak."

"Kalo Gina?"

"Aku sih sama kayak kak Jaemin. Tapi mama mau ngadopsi anak umur berapa?"

"Bayi ma?" Tanya Jaemin.

Mama menggeleng, "anak umur satu atau dua tahunan lah. Mama takut nggak bisa ngurus kalo yang masih bayi."

"Mau laki-laki atau perempuan ma?" Tanya Gina.

"Nggak tau masih bingung, di map itu ada beberapa foto anak umur satu tahunan. Mama sama ayah sudah lihat mereka samua dan semuanya lucu-lucu banget. Mama sama ayah niatnya sih mau ajak kalian ke panti nanti sore, mau nggak?"

"Mau ma."

"Iya ma, mau."

                                    🌧️🌧️🌧️

Sesuai dengan rencana tadi siang, kini Gina, Jaemin, mama, dan ayah sedang di perjalanan menuju panti. Gina bisa melihat ekspresi wajah mama dan ayahnya terlihat sangat bahagia.

"Halo selamat sore bu, pak, ah ini anak bapak dan ibu ya?"

"Iya umi, bisa kami bertemu dengan anak-anak panti. Oh iya kami juga bawa sedikit bahan pangan untuk anak-anak."

Umi panti tersenyum, "mohon tunggu di ruang tamu saja ya, saya akan panggilkan anak-anak dulu."

Pandangan Gina langsung tertuju pada balita perempuan yang memakai baju warna pink. Terlihat sangat menggemaskan, pipinya dan matanya, Gina menyukai itu.

"Umi, yang pakai baju pink siapa namanya?"

"Namanya Mayla, usianya satu tahun enam bulan."

"Ma, yah, kak, aku suka banget sama Mayla dia imut banget dan cantik."

Jaemin mengangguk setuju dengan Gina, ayah dan mamanya tersenyum senang. Sebenarnya mereka juga berniat untuk mengadopsi Mayla.

Walaupun mengadopsi anak tidak mudah, tapi mama dan ayahnya berusaha keras agar Mayla menjadi anak mereka. Gina dari dulu sangat menginginkan seorang adik, apalagi adik perempuan, tapi sayangnya sebelum permintaannya terpenuhi mama dan papa nya malah pisah. Gina selalu sendirian karena mamanya sibuk kerja, kadang juga Gina di titipkan di tempat kakek dan neneknya.

Mayla tadi menangis dan tidak bisa ikut ke rumah. Kini Gina sedang menemani mamanya menonton film. Papa ada di ruang kerja, sedangkan Jaemin di kamar sedang belajar.

Keadaan rumah tidak sepi sih sebenarnya, ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja  di sini. Tapi, mama bukan tipe orang yang menggangu pekerjaan orang lain. Kalau mamanya meminta di temani ngobrol atau nonton film pasti akan menyusahkan pekerjaan mereka.

Sudah pukul sepuluh malam, mamanya mengantuk dan pergi ke kamarnya. Gina belum mengantuk tapi kalau jam segini ia belum tidur, Jaemin pasti akan marah padanya.

Gina tersenyum melihat Jaemin berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah datarnya. "Udah belajar nya?"

"Aku kan udah bilang jangan tidur lebih dari jam sepuluh kecuali kamu ada tugas yang belum selesai dan harus di selesaikan malam itu juga, paham nggak sih?"

"Paham kak."

"Saat ini aku pacar kamu bukan kakak kamu, jangan panggil aku kakak."

"Iya sayang."

"Sana masuk, jangan lupa cuci tangan, kaki, wajah, sama sikat gigi."

"Siap komandan."

Jaemin mengusap pelan rambut Gina lalu mencium keningnya.

"Mimpi indah, Gina nya Jaemin."

Sorry kalo ada typo.

Sorry kalo ada typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER | JAEMIN [END]Where stories live. Discover now