BAB 09

1.2K 143 0
                                    

Publish : 16 Agustus 2021
Revisi     : 19 November 2021

Gina menatap dirinya sendiri di cermin toilet sekolah. Entahlah, raut wajahnya seketika terlihat murung saat mengingat ekspresi Jaemin hanya datar dan biasa saja saat ia dan Chenle sengaja bermesraan di depan Jaemin. Gina merasa malu, kesal, kecewa, dan marah pada Jaemin.

Ia kira juga Jaemin masih menyukainya, tapi melihat ekspresi wajahnya tadi sepertinya tidak. Padahal mereka menjalin hubungan bertahun-tahun tapi dengan mudahnya Jaemin melupakan dirinya dan malah menyukai orang lain.

Gina membasuh wajahnya dan saat hendak keluar, tangannya di tarik oleh seseorang. Karina, orang yang menarik tangannya dengan kasar.

"Lepasin gue kak, maksud lo apa narik-narik tangan gue?!"

"Diam!"

"Gue bukan kambing ya, jangan tarik-tarik gue!"

"Akkkh."

Karina menjambak rambut Gina dan membawa Gina ke dalam gudang sekolah yang sangat jarang di kunjungi. Gina memegang tangan Karina yang menjambak rambutnya. "Lepas!"

Karina mendorong tubuh Gina sampai jatuh mengenai bangku dan meja yang sudah rusak dan tak terpakai. Gina melihat ke sekeliling nya, ada tiga sahabat Karina yang menatapnya sinis.

"Mau kalian apa? Kenapa bawa gue ke sini?"

"Nggak usah sok polos deh lo! Dasar cewek murahan!"

Karina mendekat dan menarik kembali rambut Gina sampai membuat Gina berdiri dan rambutnya banyak yang rontok.

"S-sakit kak."

"Lo tau apa salah lo?" Tanya Karina, Gina menggeleng.

"Gara-gara lo, Jaemin mutusin gue! Lo tuh nggak cocok sama Jaemin, cewek murahan!"

Gina mulai berontak dan dengan sedikit keberanian ia menjambak rambut Karina. Melihat itu ketiga sahabat Karina tidak terima dan dua di antaranya langsung memegang tangan Gina.

"Lepas kak!"

Plak.

Lia menampar pipi kanan Gina, dia terlihat sangat marah karena melihat Gina menjambak rambut sahabatnya, Karina.

Plak.

Plak.

Kini Karina menampar pipi kanan dan kiri Gina dengan sangat keras. Gina menangis, pipinya sangat sakit bukan hanya pipi, tapi rambut dan seluruh tubuhnya juga.

"Ampun kak, lepasin gue."

Ryujin mengambil lakban dan langsung melakban mulut Gina agar tidak berisik. Gina di dudukkan paksa lalu tangan dan kakinya di ikat di kursi.

"Lo bakal mati di sini, bye cewek murahan!" Ucap Yeji.

Setelah itu mereka meninggalkan Gina di gudang itu sendirian. Gina hanya bisa pasrah, tangan dan kakinya sangat sakit jika terus ia paksakan. Jam pulang sekolah sudah dua puluh menit yang lalu, Gina tidak tau lagi harus apa. Hanya doa yang terus ia rapalkan, semoga saja ada orang yang lewat di dekat gudang ini, ya walaupun itu sangat mustahil.

Di waktu yang sama namun beda tempat, Chenle masih berada di parkiran sekolah. Dia menatap aneh Karina dan sahabatnya yang terus tertawa dari dalam sekolah sampai masuk ke dalam mobil.

Sebenarnya tadi, Chenle sudah akan pulang tapi entak kenapa hatinya jadi tidak tenang dan otaknya terus memikirkan Gina. Di telpon, tidak di angkat, di chat tapi nggak di balas. Chenle pusing dan khawatir.

Chenle yang masih pusing memikirkan Gina, berinisiatif keliling sekolah untuk mencarinya. Sudah hampir lima belas menit, Chenle mencari Gina tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan Gina.

Tiba-tiba ada seorang gadis yang berlari ke arahnya dengan raut wajah panik. "Chenle."

Chenle menoleh, hanya sebentar dan setelah itu dia berniat pergi namun tangannya di tahan Sisca.

"Apa?"

"Chenle, tadi gue kan lewat di samping gudang belakang dan gue denger suara tangisan. Gue takut Le."

Chenle menggeleng lalu menyentak kasar tangan Sisca. "Gak penting banget sih."

"Eh lo mau kemana? Le ayo ke gudang, gue penasaran itu yang nangis hantu atau orang iseng aja."

"Nggak mau!"

Sisca langsung menarik tas Chenle dari belakang dan membuat Chenle berjalan mundur. Ingin sekali rasanya Chenle memukul Sisca tapi dia masih punya hati nurani. Dia tidak mungkin memukul seorang wanita.

Sisca dan Chenle masuk ke dalam gudang dan mata mereka seketika melotot saat melihat Gina yang sudah tak sadarkan diri di kursi dengan keadaan di ikat dan rambutnya banyak yang rontok jatuh di lantai.

Chenle dan Sisca langsung melepaskan ikatan di tangan dan kaki Gina, juga melepaskan lakban di mulutnya. Dengan cepat Chenle menggendong tubuh Gina dan berlari menuju parkiran.

Chenle membawa Gina ke rumah sakit sendirian, dia tidak akan pernah membiarkan orang lain ikut menumpang di mobilnya kecuali orang terdekat. Dan Chenle tidak akan sudi kalau Sisca sampai ikut masuk ke dalam mobilnya.

Chenle menghela nafas lega saat dokter bilang kalau Gina baik-baik saja. "Terima kasih dok," setelah itu dokter pergi.

Gina masih belum sadar, Chenle duduk di kursi dekat ranjang rumah sakit. Dia ingin sekali menghubungi keluarga Gina tapi dia merasa takut jika nanti orang tua Gina jadi panik dan saat ini pasti mereka sedang sibuk-sibuknya.

"Siapa yang lakuin ini ke elo Gin?" Tanya Chenle dengan suara yang sangat kecil.

"Sorry, gue bukan sahabat yang baik. Gue terlambat nyelamatin elo."

Chenle terus menyalahkan dirinya sendiri, setelahnya berfikir keras akhirnya dia memutuskan agar memberitahu Jaemin bagaimana keadaan Gina sekarang. Dua puluh menit kemudian, Jaemin datang sangat tergesa-gesa.

Chenle ke luar dari ruangan Gina, dia akan membiarkan Gina berbicara dengan Jaemin.

"Jujur sama gue Gin, siapa yang buat elo gini?"

Gina hanya diam, ia tidak mau nantinya akan berakibat lebih parah dari ini. Lebih baik diam kan.

"Oke kalau lo nggak mau jawab, gue bakal cari tau sendiri."

Setelah itu, Jaemin pergi keluar ruangan dengan raut wajah memerah karena marah.

Sorry kalo ada typo.

Sorry kalo ada typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STEP BROTHER | JAEMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang