BAB 10

1.3K 136 0
                                    

Publish : 22 Agustus 2021
Revisi     : 19 November 2021

Jaemin pergi ke sekolah dan meminta tolong pada salah satu guru agar dia bisa melihat cctv di gudang. Tapi sayangnya, gudang yang sudah tidak terpakai itu tidak ada cctv nya.

Jaemin mencoba melihat-lihat lagi cctv di seluruh kelas sebelas, taman belakang, dan toilet. Dan yap benar dugaannya. Karina lah pelakunya.

Komputer itu menampilkan Karina dan teman-temannya menarik Gina dengan kasar.

Jaemin mengepalkan tangannya, wajahnya semakin merah karena menahan marah.

"Jaemin tenang ya, besok bapak akan urus masalah ini."

"Saya harap bapak beri Karina dan teman-temannya hukuman yang sepadan dengan apa yang sudah mereka lakukan pada adik saya, Gina."

                                  🌧️🌧️🌧️

Gina sudah pulang ke rumah di antar Chenle. Jaemin melihat Chenle yang merangkul bahu Gina merasa hatinya panas, mungkin dirinya cemburu.

"Makasih ya Le."

Setelah itu Chenle pulang kerumahnya, Gina melangkahkan kakinya menuju kamar. Jaemin masih menunggu Gina di depan pintu kamar Gina. Dan saat Gina masuk ke dalam kamarnya, Jaemin juga ikut masuk.

"Ngapain lo masuk ke kamar gue?"

"Gue cuma mau memastikan lo istirahat aja kok."

Gina mengangguk lalu membaringkan tubuhnya di kasur. "Lo nggak kasih tau mama sama ayah kan tentang gue?"

Jaemin menggeleng pelan, "ngapain kasih tau, nanti juga mereka bakal tau sendiri."

Gina menghela nafas pasrah, benar kata Jaemin kalau orang tuanya pasti nanti akan tau walaupun tidak di beritahu. Luka yang Gina alami tidak terlalu parah, tapi tetap saja yang namanya orang tua pasti khawatir dengan keadaan anaknya.

"Sana keluar, gue mau istirahat!"

Jaemin mengangguk patuh, dia keluar kamar dan menutup pintu itu dengan sangat pelan.

Saat makan malam, Gina merasa khawatir kalau ia keluar mama dan ayahnya pasti akan marah dan tidak terima dengan apa yang Gina alami. Tapi kalau Gina tidak keluar, ya sama saja. Kedua orang tuanya bisa saja masuk ke kamarnya dan akan mengetahui keadaan wajahnya yang penuh luka.

Tok tok tok

Gina meremat selimutnya, "duh gimana ini?"

"Buka pintunya, ini gue Gin."

Gina bernafas lega saat mendengar suara Jaemin. Ia kira itu mamanya yang datang menghampirinya.

"Gue kira mama, sumpah takut banget."

Jaemin terkekeh pelan, "mama sama ayah nggak pulang ke rumah, mereka menginap di rumah sahabat ayah."

Jaemin menaruh nampan berisi makanan dan minuman di meja lalu dia duduk di sofa kamar Gina.

"Thanks kak."

Jaemin langsung menoleh ke arah Gina, "kak? Lo panggil gue kak? Tumben banget."

"Ya udah kalo nggak mau di panggil kak, gue bakal terus panggil elo pake nama doang."

"Nggak sopan!"

"Biarin, suka-suka gue dong kan ini mulut gue."

"Nyebelin ya sekarang, udah itu cepat habisin terus bawa ke bawah sendiri, gue mau nge-game."

                                    🌧️🌧️🌧️

Besoknya, Karina beserta Yeji, Ryujin, dan Lia di skorsing selama tiga hari dan pihak sekolah juga memberitahukan apa yang mereka lakukan pada Gina kepada orang tua masing-masing.

"Bapak harap, kalian jera dan tidak akan mengulangi perbuatan kalian lagi."

Gina yang berada di antara mereka hanya bisa menunduk. Di sampingnya ada Jaemin yang duduk dengan tenang sambil tersenyum melihat keempat orang itu.

"Lo nggak papa kan? Kenapa diam doang?"

"Kok lo tau sih, kak Karina yang buat gue jadi gini?" Tanya Gina penasaran.

Sekarang mereka dengan berada di kantin sekolah. "Siapa dulu, Jaemin gitu loh."

"Idih sombong banget, udah sana lo pesan makanan sama minuman biar gue yang traktir."

"Lo kira gue nggak punya uang?"

"Bukannya gitu, tapi anggap aja itu sebagai ucapan terima kasih karena udah buat kak Karina dan teman-temannya di hukum."

"Gue nggak terima kalo ucapan terima kasih lo cuma traktir gue di kantin."

"Emang lo mau apa?"

"Gue mau lo temenin gue ke pasar malam."

"Kapan?"

"Nanti malam, dan lo harus traktir gue."

Gina mengangguk setuju. Setelah itu ia pergi ke kelasnya.

Winter memeluk tubuh Gina erat, dia menangis. Gina membalas pelukan Winter dan tangannya mengelus pelan punggung Winter.

"Udah ih, jangan nangis."

"Gue bukan sahabat yang baik ya Gin, ih gue benci sama diri gue sendiri."

"Jangan gitu ah, lo sahabat gue yang paling baik. Maafin gue yang nggak kasih lo kabar tentang keadaan gue."

Chenle dan Sungchan hanya tersenyum melihat kedua orang yang mereka sayangi sedang berpelukan. "Udah yang, jangan nangis. Jelek loh."

"Chan!"

Sungchan tertawa, "nggak yang, cuma bercanda kok. Udah dong lagian kan Gina nya udah sehat tuh."

Winter melepaskan pelukannya pada Gina lalu berbalik menghadap Sungchan.

"Sehat kamu bilang?! Coba lihat gimana keadaan muka Gina? Parah Chan."

"Gue udah nggak papa kok Ter, udah sih."

"Pokoknya nanti kalo ketemu Karina sama teman-temannya gue bakal bikin perhitungan."

"Perhitungan? Emang lo bisa hitung-hitungan, ulangan matematika aja remidi terus," ucap Chenle lalu dia tertawa. Gina juga ikut tertawa terbahak-bahak.

Winter memukul kepala Chenle lalu segera berdiri di belakang Sungchan, untuk berlindung. Winter takut Chenle akan membalas perbuatannya.

"Jangan pukul kepala Ter, udah gue bilang berkali-kali tapi lo tetep aja."

"Ya maaf kan gue sebel banget sama elo."

Gina tersenyum lalu menarik pelan tangan Chenle agar duduk ke bangkunya.

Sorry kalo ada typo.

Sorry kalo ada typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER | JAEMIN [END]Where stories live. Discover now