#36

1.6K 242 60
                                    

Mobil hitam berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana bahkan terlihat begitu kecil. Pintu hitam yang terlihat ringan terbuka lebar seolah tengah menunggu seseorang untuk masuk kedalam rumah tersebut. 

"Tuan sudah sampai."

Sang tuan yang mendengar lantas keluar dari mobil  lalu tanpa menunggu lama, ia berjalan mendekati pintu rumah yang terbuka disana seorang diri. 

Dimatanya, rumah ini terlihat sama sekali tidak ada perubahan sejak terakhir ia datang kesini. Tapi ia juga lupa kapan terakhir datang kesini, jika tidak salah mengingat saat kedua besannya meninggal dunia. 

Tok

Tok

Tok

"Bentaaar!"

Pria yang kalian ketahui bernama Sulaiman itu lantas berdiri sabar menunggu pemilik suara barusan yang menyahuti ketukan pintu dari dalam untuk datang menghampirinya. 

Tidak lama, gadis dengan mata kucing tajam dengan wajah yang menyerupai menantunya datang menghampiri dengan tatapan terkejutnya. 

"Pak Sulaiman." ucapnya sambil terdiam di tempat tepat di ujung pintu yang terbuka. 

"Silahkan masuk pak." ucap Yeji mempersilahkan masuk tamu yang ia harapkan datang dari jauh jauh hari bahkan mungkin dari tahun tahun sebelumnya.

Sulaiman melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam setelah di persilahkan masuk oleh Yeji si tuan rumah.

Pria dewasa disana langsung duduk di kursi yang terbanding jauh dengan sofa mewah di rumahnya yang jarang terjamah oleh siapapun. Yeji si kembaran menantunya pergi kedapur untuk menyiapkan menuman untuk tamu yang datang. 

Pandangannya menelisik setiap ruangan yang mampu di lihat olehnya, semuanya terlihat baik baik saja karena mungkin gadis ini merawatnya dengan begitu baik. Meski salah satu pintu kamarnya sudah tak lagi tersambung dengan engsel dan di biarkan begitu saja.

Tidak lama, Yeji datang dengan nampan yang di atasnya terdapat secangkir air teh untuk pak Sulaiman disana.

Dengan telaten, Yeji menyimpan cangkir tersebut tepat di depan sang tamu lalu dirinya ikut terduduk di kursi tunggal yang tentu berbeda dengan kursi yang di duduki oleh Sulaiman. 

"Maaf, seharusnya saya datang saat kamu bilang ada sesuatu yang ingin di bicarakan kala itu." ujarnya membuat Yeji yang memeluk nampan sedikit tersenyum mendengarnya.

"Saya mengerti pak, seorang yang seperti anda tentu begitu sibuk dengan pekerjaan di kota. Jadi tidak mengherankan jika mengesampingkan keinginan saya untuk anda datang kesini yang jauh dari tempat bapak." ucapnya sedikit menyindir pak Sulaiman yang tentu merasa sedikit tersindir. 

"Bagaimana keadaan kamu sebelumnya?" tanya pak Sulaiman sedikit berbasa basi terlebih dahulu. 

"Seperti yang bapak lihat, saya seperti ini di setiap harinya. Mmm maaf mungkin rumah ini tidak begitu nyaman, tapi saya harap bapak mau mendengar sebuah kabar dari saya.  Ini menyangkut leluhur kita."

Pak Sulaiman memandang Yeji dengan serius, meski tangannya sudah meraih cangkir dan lebih memilih untuk meminum air yang telah di sediakan oleh gadis di depannya. 

Seruputan air terdengar di telinga Yeji, setelahnya ia melihat jika pria yang menjadi mertua kembarannya meletakan kembali cangkir tersebut sembari mulutnya beberapa kali berdecap setelah minum. 

Young Married // Chanjin (end) Where stories live. Discover now