42

1.5K 235 43
                                    


Malam menyapa, maka dua orang yang kini berbaringan diatas kasur saling berbagi kehangatan satu sama lain meski telah mengenakan selimut.

Tidak ada kata telanjang dari keduanya karena mereka tentu mengenakan piyama masing masing. Yang lebih tua memeluk yang lebih muda untuk berada tepat di depan dada bidangnya. 

Rasa nyaman tentu saja mereka rasakan saru sama lain. Seperti ini setelah kepelungan dari rumah sakit membuat Hyunjin melupakan jika dirinya pernah di rawat akibat pendarahan yang untung saja kedua anak dalam kandungan tidak apa apa. 

"A, Felix mau pergi kemana?" tanya Hyunjin sambil menggambar pola abstrak di dada bidang Bangchan yang terbalut piyama biru navy. 

"Pergi? Kemana?" tanya balik Bangchan saat mendengar penuturan Hyunjin dengan bingung. Pasalnya ya Felix tidak pernah berbicara hendak pergi kemana pada dirinya.

"Kok malah balik tanya sih, Hyunjin mana tau kan tadi nanya sama aa. Lagian Felix katanya mau pergi tapi gak tau kemana, emang mau lanjut kuliah ke luar negeri ya?"

Bangchan mengerutkan keningnya bingung karena pertanyaan Hyunjin, entah Felix, ayahnya atau ibunya tidak ada yang pernah bercerita jika Felix hendak melanjutkan sekolahnya keluar negeri. 

"Enak banget ya a, Jisung, Seungmin sama Felix bisa lanjut sekolah. Mereka semua pergi ke negara pilihan mereka masing masing, iri banget Hyunjin."

Medengar perkataan Hyunjin, secara refleks Bangchan sedikit menjauhkan badannya segingga Hyunjin yang ada di depannya menatap suaminya sedikit mendongak. 

"Kamu iri sama mereka?" tanya Bangchan yang mana di angguki oleh Hyunjin sendiri. 

"Yaudah kalo gitu setelah kamu ngelahirin kita jalan jalan ke luar negeri mau?" mendengar tawaran Bangchan yang ada Hyunjin malah mengerutkan dahinya bingung membuat Bangchan juga ikut bingung akan reaksi istrinya ini. 

"Ngapain? Emang Hyunjin ada bilang mau jalan jalan ke luar negeri?" tanya baliknya.

"Lah tadi katanya kamu iri mereka pergi ke negara pilihan mereka, aa tanya malah balik tanya."

"Eh! Ih bukan iri keluar negerinya a. Hyunjin iri mereka bisa lanjut sekolah ke universitas di bidangnya masing masing. Dulu Hyunjin bilang sama mama pengen kuliah juga ke kota terus ambil jurusan pertanian." adunya membuat Bangchan memandang wajah istrinya yang sering mengedipkan kedua matanya sambil tersenyum sseolah pembicaraan tadi tiada adanya beban sedikitpun. 

"Maaf." sesal Bangchan yang membuat Hyunjin berhenti untuk melakukan kedipan mata berkali kali dengan memandang heran suaminya. 

"Hah?  Kok minta maaf?" herannya. 

"Ya maaf, seandainya kamu gak nikah ya gak bakalan kayak gini. Berhenti sekolah terus ngubur cita-cita kamu."

Mendengarnya Hyunjin malah tersenyum membuat Bangchan di terpa rasa bersalah kembali. Seandainya dulu ia bisa menentang sang ibu, mungkinkah ia tidak akan merusak masa depan Hyunjin atau Yeji. 

"Udahlah biarin aja, kalo aku enggak bisa kesampaian suatu kejadian itu tandanya aku enggak sanggup a. Kayak sekolah di universitas, aku kayaknya enggak sanggup deh. Malah lebih sanggup buat jadi ibu ibu wkwkwkwk, lagian semuanya udah ada yang ngatur." ujarnya dibawa jenaka sambil mendekat kembali kearah tubuh sang suami sembari memainkan jari jemari tangan Bangchan. 

"Mereka tuh pada pinter pinter, bahkan ya Jisung yang suka banyol aja malah ambil jurusan dokter bedah." lanjutnya kembali. 

"Tau dari mana kamu Jisung mau ambil jurusan itu?" tanya Chan. 

"Dari mamahnya lah, dari siapa lagi?" jawabnya yang langsung menggigit tangan suaminya yang  entah kenapa merasa gemas saja di buatnya. 

Hening, rungan yang menjadi ruangan pribadi mereka terasa hening namun masih tetap pergerakan Hyunjin masih sama untuk memainkan tangannya. 

Young Married // Chanjin (end) Where stories live. Discover now