#49

1.4K 191 10
                                    

Dua minggu dari kejadian itu, Hyunjin benar benar tidak menemui adik iparnya dan selalu menolak saat Bangchan akan mengajaknya untuk sarapan di rumah ayahnya atau menginap barang semalam saja. 

Wajahnya akan muram juga menjadi tidak berbicara kepada Bangchan sampai berjam-jam lamanya. Ya mau gimana lagi, maksa orang hamil sama aja mempertaruhkan nyawa apalagi jika yang emosinya seperti Hyunjin. Masih mending kalo di diemin ini udah bawel, mukul, pintu kamar di kunci dari dalam kan bikin Bangchan bingung kalo sudah begitu. 

Eskrim tidak mempan karena si dokter malah sedikit mengurangi Hyunjin untuk memakan eskrim, dan istrinya itu dengan senang hati menuruti suruhan si dokter gantengnya. Kalo mau di kasih coklat, nanti muka Bangchan yang kena tabok karena harum dari aroma coklat malah membuat Hyunjin mual tidak suka. 

Lotion beraroma coklat saja Hyunjin buang karena katanya aromanya benar benar membuat selera makannya hilang.

Ya jadi bingung Bangchan tuh kalo ngadepin maung yang emosinya lagi anjlok anjlokan. Yasudah Bangchan akan selalu menginyakan apa yang di ucapkan Hyunjin, seperti saat ini. 

Dirinya rela untuk tidak datang kehotel padahal harus melihat kinerja para traini yang masih magang di hotelnya untuk di kirim mejadi pegawai hotel di Turki. Bukan, bukan Bangchan jadi tukang kirim manusia ke Turki, tapi memang para orang orang itu yang memilih saat mereka bersekolah di perhotelan itu sendiri dan Bangchan disini hanya memantau sudah layak atau belumnya para traini itu. 

"Aa bersihin taman belakang sana, rumputnya udah tinggi. Makamnya Davina juga udah ada rumput di tengahnya." ucap Hyunjin yang baru datang dari dapur dengan sepiring buah stroberi di tangannya. 

"Suruh pak Mamat aja, kan dia yang tukang kebun sekalian tuh bersihin yang di depan." ucap Bangchan sambil mengganti ganti chanel tv untuk mencari tayangan berita tentang ekonomi.

Hyunjin lalu duduk disamping Bangchan dengan kaki yang diangkat keatas sofa, dan berakhir dirinya bersandar dengan seenaknya pada tubuh samping suaminya. 

"Yaudah panggil sana, enek Hyunjin tuh liat rumput rumputnya udah pada tinggi." suruhnya lagi tanpa melihat sang suami. 

"Bibi panggilin mang Mamat sekarang ya!" ujar Bangchan yang di iyakan si bibi.

Hyunjin mah acuh sambil nyemilin stroberi tanpa dampingan yang manis manis, pake gula enggak pake susu enggak pake cream juga enggak apalagi coklat, dia lagi gak suka coklat.  Bangchan yang melihat hanya menelan liurnya susah susah gampang karena melihat bagaimana rakusnya Hyunjin saat tanpa henti memakan stroberi itu. 

Tau sendirikan buah stroberi mau se merah tua apapun rasanya tidak semanis buah yang lain, buah itu tetap akan terasa asam jika hanya dimakan langsung seperti Hyunjin seperti ini. 

"Gak asem apa gak pake yang manis?" tanya Bangchan sambil bergidik karena dirinya sendiri kurang suka buah stroberi tanpa dampingan yang manis. 

"Enak gini, nih." jawab Hyunjin lalu menyodorkannya satu buah stroberi yang berwarna merah tua seperti saat di gigit rasanya terasa manis. No kawan, Bangchan tidak ingin terkena jebakan batman istrinya lagi.

"Kamu aja, buat si utun utun aja." tolaknya dengan nada halus tapi Hyunjinnya malah semakin gencar untuk Bangchan memakan buah yang menurutnya enak itu.

"Ayo 'a, utun utunnya mau berbagi kok sama papahnya." ucap Hyunjin dengan menempelkan buah stroberi itu di bibir suaminya sendiri. 

"Enggak, kamu aja sama utun utun." tolak Bangchan lagi, tapi Hyunjin malah cemberut disana karena suaminya ini tidak kunjung memakan apa yang di sodorokan oleh dirinya.

"Mmmmm makan ini ya, utun utunnya pengen papanya makan tobelinyaaaa." rengek Hyunjin dengan jurus andalan bibir bawahnya yang maju dengan kedipan mata yang malah membuat Bangchan tidak tahan untuk menerkam istrinya saja. 

Young Married // Chanjin (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang