BAB 18

6.9K 1.3K 253
                                    

Sesuai ucapan Arsha tadi pagi bahwa dirinya akan ikut ke rumah Randy, ia tidak perlu meminta izin pada Sagara. Pria itu juga mengatakan untuk tidak menghubunginya dan Sagara juga tidak akan tahu.

"Kemarin waktu Sagara sakit pasti manja dan ngerepotin ya?" tanya Dean. Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran.

"Iya manja banget, melebihi anak kecil repot banget gue" jawab Arsha mengingat kelakuan Sagara saat demam hari lalu.

"Dia memang begitu tapi gak ke semua orang sih, dulu waktu dia demam gue, lintang sama Randy yang repot. Tapi dia memang jarang sakit sih pasti tuh anak gak ingat waktu karena belajar terus" ujar Dean yang diangguki oleh Arsha.

"Lo udah kenal lama ya sama Sagara?" tanya Arsha.

"Lumayan lah, gue kenal dia waktu kelas 3 SMP itu juga basket yang membuat gue jadi dekat dan sekarang kita jadi sahabat"

"Tapi kalau Lintang udah sahabat Sagara dari kecil. Gue sama Randy kenal mereka berdua di SMP. Kalau gue sama Rendy kenalnya dari kelas satu SMP" jelas Dean.

"Kepribadian Sagara dan Lintang bertolak belakang, tapi Sagara sabar banget ngehadepin orang modelan Lintang" lanjut Dean lagi.

"Eh gue bawa motor, gak papa kan kalau naik motor?" tanya Dean yang diangguki oleh Arsha.

Dean melajukan motornya keluar dari kawasan Celeron High Scholl. Selama perjalanan Arsha sesekali bertanya dan selebihnya ia lebih memilih mengamati jalan dan menatap kendaraan yang berlalu lalang.

"Masuk aja" ujar Dean yang melihat Arsha masih berdiri di depan pintu rumah milik Randy.

"Iya gue dari tadi sebenarnya ingin masuk tapi gue tidak menemukan sesuatu yang dapat membuka pintunya" jawab Arsha, dia tadi memilih berjalan duluan dan tidak menunggu Dean memarkirkan motornya.

Dean menatap kaki Arsha dan menghela napas kasar, Dean baru ingat kalau Arsha dari tahun 2020 yang mana teknologi belum secanggih sekarang.

"Lihat gue sa" ucap Dean.

Dean berjalan dan meletakkan kakinya pada lantai dengan gambar telapak kaki manusia. Dean mencocokkan kakinya dengan gambar telapak kaki tersebut dan pintu rumah terbuka secara otomatis.

"Lain kali kalau ada tanda telapak kaki sebaiknya lo berdiri di gambar yang di buat karena akan mempermudah lo" ujar Dean menepuk bahu Arsha.

Arsha melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan Dean dan pintunya bisa terbuka.

Pintu rumah milik Randy tidak memiliki pintu rumah seperti pada umumnya, jika rumah di tahun 2021 masih menggunakan knop pintu untuk membuka pintu maka tidak dengan rumah Randy. Kita hanya perlu meletakkan telapak kaki dengan benar pada lantai yang sudah di buat gambar khusus. Antara lantai dan pintu memiliki sensor yang di rancang agar saling terhubung.

Arsha memasuki rumah Randy dan menatap kagum interior rumah Randy yang lebih ramah lingkungan dan unik.

"Orang tua Randy lagi di luar kota makanya kita bisa party" ucap Dean seolh mengerti isi otak Arsha.

"Lo ganti baju sana, gue juga mau ganti baju" ujar Dean yang di angguki oleh Arsha.

Sebelum ke rumah Arsha dan Dean mampir ke toko baju untuk membeli baju Arsha, tentu saja dengan uang milik Dean. Arsha punya duit tapi mana mau dia mengeluarkan uang untuk hal yang tidak penting. Jika tidak di belikan oleh Dean, gadis itu tidak akan ada inisiatif sendiri dan lebih memilih memakai seragamnya seharian dari pada membeli baju yang biru.

Sesuai petunjuk Dean, Arsha memasuki kamar mandi milik Randy dan mengganti seragamnya. Arsha memaki dress selutut warna biru muda. Selesai mengganti baju Arsha kembali ke ruang tamu dan mendapati Dean yang mengobrol dengan Selin dan sang pacar.

ARSHA JOURNEYWhere stories live. Discover now