BAB 23

7.6K 1.3K 305
                                    

Arsha berdecak kesal mendengar bunyi handphone miliknya yang sedari tadi tidak berhenti. Menatap jam yang ada di kamarnya yang ternuyata sudah jam 1 pagi. Arsha menjawab pangggilan tersebut dan di sambut oleh suara seorang laki - laki dewasa. Tapi yang ia herankan adalah nomor yang menghubunginya merupakan nomor Sagara.

"Halo siapa ini? kenapa suara Sagara jadi suara bapak - bapak?" tanya Arsha berbicara dalam panggilan.

"Halo nona Arsha, ini saya Andri staff dari keluarga Sagara. Begini tuan Sagara mabuk dan tidak ingin pulang, apakah nona bisa datang kemari?" ujar anak buah yang bekerja di keluarga Sagara.

"Apa urusannya dengan saya paman? lagian kan ada paman disana. Jangan-jangan paman makan gaji buta ya? wah gak bener nih" jawab Arsha. Dirinya juga heran, sejak kapan Sagara berada disana. Tadi setelah dari kamar Arsha, lelaki itu menyuruhnya untuk tidur dan mengatakan ia juga akan tidur.

"Dia mabuk alkohol apa mabuk kopi? masa ia seorang Sagara mabuk. Tapi ini bisa jadi ladang duit" batin Arsha dan tersenyum lebar memikirkan rencananya yang akan membuatnya banjir duit.

"Saya sudah mengirim supir untuk menjemput nona, tuan muda Sagara sedari tadi menyebut nama nona yang merupakan nama pemilik kontak ini" ujar orang itu lagi.

"Iya paman, saya kesana sekarang" Arsha menutup panggilan tersebut dan langsung keluar dari kamarnya tanpa mengganti bajunya.

Arsha keluar dari mobil yang menjemputnya tadi, sang sopir membawanya pada gedung mewah dengan lima lantai. Arsha sempat bertanya pada sang sopir tempat yang mereka tuju dan sang sopir menjawab bahwa mereka akan ke tempat milik keluarga Sagara. Sejujurnya Arsha kurang puas mendengar jawaban itu tapi ia malas bertanya lebih lanjut.

Arsha memasuki gedung tersebut dan disambut dengan dua orang pria yang mengenakan jas hitam dan berotot kekar.

"Eh siapa nih? tetap berpikir positif, dilihat dari sudut mana pun gue gak ada daya tariknya. Badan gue gak semok, wajah gue juga gak cantik, asal-usul gue di sini juga gak jelas."

"Tapi bisa saja sih kalau gue ternyata putri anak orang kaya yang ternyata hilang di hempaskan angin di dorong oleh realita" batin Arsha menatap pria berjas tersebut semakin mendekat.

"Nona Arsha?" tanya salah satu pria dengan otot kekar yang di angguki oleh Arsha.

"Ada apa ya pak? saya kesini dengan maksud dan tujuan damai, tidak untuk mengibarkan bendera pelangi. Eh maksudnya bendera perang" Arsha menutup mulutnya dan tersenyum kikuk menatap ke dua pria berjas tersebut.

"Nona mau bertemu tuan muda Sagara kan?"

"Keren juga nama panggilan Sagara, tuan muda. Boleh kali ya gue di panggil nona muda" batin Arsha.

"Panggil nona muda saja pak biar lebih sopan" ucap Arsha yang mendapat tatapan bingung dari ke dua pria itu tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.

"Baik nona muda, mari saya antar ke tuan muda Sagara" ke dua pria itu menuntun Arsha menuju tempat di mana Sagara.

"Ada acara apa ya pak? ramet banget kayanya" tanya Arsha melihat orang-orang yang berlalu lalang dan juga mendengar suara musik yang keras.

"Sebenarnya ada acara tali silaturahmi yang biasa di lakukan para pendiri perusahaan dan para pengusaha lainnya, mereka akan melakukan pesta besar-besaran. Dan tidak seperti tahun biasanya, tuan muda Sagara mau menghadiri pesta ini" jawab salah satu di antara pria berjas tersebut.

"Kami hanya bisa mengantar sampai pintu saja nona muda. Bos Andri sudah menunggu Anda" ke dua pria tersebut membukakan pintu dan menyuruh Arsha masuk yang di turuti oleh gadis itu.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang