BAB 36

3.6K 542 1
                                    

Sagara terkejut mendengar ucapan Arsha yang dengan gampang mengajak dirinya menikah, memang betul jika kalimat itu yang Sagara inginkan tetapi melihat bagaimana sikap dan respon Arsha membuat Sagara kebingungan. Berbeda dengan Arsha yang menatap Sagara dengan tatapan menantang.

"Yakin?" tanya Sagara.

Arsha terdiam mendengar pertanyaan Sagara, jika ia menikah tentu saja akan beda cerita lagi. Untuk seusianya masih terlalu mudah untuk menikah, Arsha masih ingin berpetualang mencari gosip terbaru dan teraktual.

"Engga jadi deh, tunggu dewasa dulu aja" ucap Arsha sembari duduk di samping Sagara.

"Kita benaran pacaran gak sih? atau cuman alibi doang supaya cewe - cewe yang ngejar kamu engga ganggu kamu lagi?" tanya Arsha.

"Benaran pacaranlah" jawab Sagara menatap Arsha yang sedang menguap lebar.

"Oke - oke paham, tapi gue eh maksudnya aku gak suka sama kamu" ucap Arsha santai.

"Itu hanya untuk sementara, Arsha kecil menyukai Sagara. Arsha kecil menyukai Sagara sampai kapan pun" jawab Sagara tersenyum tipis, respon pria itu tidak seperti biasanya yang selalu tersulut emosi.

"Itu kan Arsha kecil, masa Arsha kecil udah habis dan sekarang yang ada Arsha dewasa" balas Arsha membuat Sagara terdiam.

"Arsha dewasa menyukai pria hot dan berduit" lanjut Arsha dengan cengiran lebarannya.

"Sagara masuk kriteria sih tapi Sagara tukang emosi, omongannya selalu nyakitin hati orang" ucap Arsha membalas tatapan Sagara.

Sagara tidak merespon ucapan Arsha karena Sagara merasa apa yang dia katakan memang selalu berdasar fakta. Terkadang memang manusia tidak terima dengan kenyataan yang ada pada dirinya, dan akan selalu saling menyalahkan. Keduanya sama - sama terdiam dan fokus menonton tv yang menayangkan siaran musik. Beberapa menit keheningan melanda keduanya, Sagara menoleh ke samping melihat Arsha, mendapati gadis itu yang sudah tertidur pulas. Sagara tersenyum menatap Arsha yang tertidur di sampingnya. Menarik pelan tubuh gadis itu dan menidurkannya di pangkuannya, lagi - lagi Sagara tersenyum tipis melihat wajah tenang Arsha, gadis itu terlihat lebih cantik dengan wajah tenangnya.

Sagara mengambil photo Arsha yang sedang tertidur dan tersenyum melihat hasil jepretannya, wajah gadis itu terlihat lugu jika tidak banyak bicara. Mematikan TV terlebih dahulu Sagara menggendong Arsha, membawa gadis itu ke dalam kamar. Membaringkan tubuh Arsha di kasur dan menyelimuti gadis itu Sagara lakukan. Mata Sagara tidak sengaja melihat tulisan Arsha, MENJADI MANUSIA POSITIF. Kalimat yang Arsha tulis beberapa jam yang lalu.

Sagara tersenyum tipis membaca kalimat tersebut, entalah Sagara pun bingung bagaimana cara gadis itu untuk bisa menjadi manusia positif. Perkataan yang keluar dari mulut Arsha saja di selalu penuh dengan nama - nama kebun binatang. Sagara tidak tahu seperti apa manusia positif versi Arsha, tapi gadis itu tetap yang terbaik menurutnya.

"HOAMMM" suara Arsha yang mengalihkan atensi Sagara.

"Sagara?" tanya Arsha dengan mata yang sedikit terbuka, nyawa gadis itu belum benar - benar terkumpul seutuhnya.

"Engga tidur? sini tidur" ujar Arsha menepuk - nepuk kasurnya dengan mata yang masih sedikit terbuka.

"Sini peluk Arsha" ujar gadis itu lagi merentangkan kedua tangannya.

Tidak ingin kehilangan kesempatan dengan segera Sagara berjalan ke tempat tidur Arsha dan memeluk gadis itu. Arsha memeluk Sagara dan mengelus pundak pria itu dan memeluknya dan kembali membaringkan tubuhnya yang sedari tadi duduk. Sagara membalas pelukan Arsha dan menaikkan selimut hingga menutup tubuh keduanya. Arsha kembali tidur pulas dengan masih tetap memeluk Sagara dan menempelkan kepalanya pada dada bidang Sagara.

Sagara mengusap lembut kepala gadis itu dan tersenyum samar, Sepertinya hari ini Sagara banyak tersenyum tidak seperti biasanya yang selalu menunjukkan wajah seriusnya. Sagara lagi - lagi tersenyum melihat wajah Arsha, sungguh demi apa pun wajah Arsha terlihat sangat lugu dan terlihat polos jika gadis itu tidur. Tidak seperti biasa Arsha yang banyak berceloteh dan mengumpat.

Sagara mencubit pelan pipi Arsha, lalu sedetik kemudian mencium pipi gadis itu. Arsha terlihat menggemaskan dimata Sagara. Melepas ciumannya Sagara mengeratkan pelukannya dan mencoba untuk tidur, pria itu hampir saja lupa jika besok hari sekolah dan dia harus kembali ke rutinitasnya untuk belajar.

Fakta yang baru Sagara tahu kalau Arsha perempuan yang mempunyai gaya tidur buruk, sedari tadi Arsha tidak bisa diam dan berujung Sagara memeluk gadis itu agar bisa diam. Dan yang menjadi korban atas kelasakan Arsha adalah Sagara, sedari tadi kaki Arsha tidak bisa tidur. Gadis itu bergerak seperti jarum jam yang tadinya dia ada di samping Sagara bisa berpindah di bawah kaki Sagara.

"Merepotkan" gumam Sagara dengan mata terpejam sambil mengangkat Arsha dari bawah kakinya dan membaringkan gadis itu kembali di sampingnya.

Sagara memeluk erat tubuh Arsha dan membuat gadis itu lebih sulit bergerak dan sedikit lebih tenang dari pada sebelumnya. Mungkin untuk ke depannya Sagara harus mengikat Arsha agar gadis itu tidak lasak jika tidur. Sagara kembali tertidur pulas dengan posisi masih tetap memeluk Arsha.

Paginya Arsha mengendus-endus dada bidang orang yang dia peluk dengan mata yang masih tertutup. Seingatnya ia tidur sendiri dan tidak mengajak siapa pun tidur bersamanya, dan seingatnya ia ketiduran di sofa. Lalu siapakah gerangan yang ada di hadapannya kini? berpikir sebentar, Arsha membuka matanya cepat dan mendapati dirinya memeluk Sagara dan menempel pada pria itu.

"ASTAGA KOK LO ADA DI SINI?" tanya Arsha kaget.

"Kok bisa benaran peluk lo? lo benaran ompong?" tanya Arsha membuka mulut Sagara dan memeriksa mulut pria itu.

"Ompong?" tanya Sagara bingung.

"Iya bukannya lo habis di kejar anjing terus lo jatuh dan gigi lo patah karena lo jatuh" ujar Arsha.

"Lah? berarti cuman mimpi dong" gumam Arsha yang masih bisa di dengar oleh Sagara.

"Memang kamu mimpi apa?" tanya Sagara.

"Gue mimpi lo di kejar anjing terus lo jatuh dan gigi lo patah karena jatuh pas lari. Terus..."

"Aku kamu" ucap Sagara memotong ucapan Arsha.

"Oke lanjut. Terus kamu nangis dan jadi sakit, kamu sakit dan minta di peluk yaudah karena aku kasihan aku peluk saja. Kasihan udah giginya dua ompong malah nangis - nangis" lanjut Arsha menceritakan mimpinya.

"Aku lupa lagi bagaimana wajah kamu waktu gigi kamu ompong" ujar Arsha berdecak.

"Masih tetap ganteng" ujar Sagara yang membuat Arsha menganga mendengar jawaban narsis pria itu.

"Demi apa Sagara ternyata senarsis ini" ujar Arsha menatap Sagara.

"Ck. Cepat bangun, langsung mandi hari ini sekolah" ujar Sagara mengalihkan topik dan beranjak dari kasur meninggalkan kamar Arsha.

"Aneh" Arsha menggaruk kepalanya dan menatap heran Sagara yang sudah pergi dari kamarnya. Tidak ingin berlama - lama Arsha beranjak dari kasurnya dan melaksanakan apa yang Sagara tadi suruh.

Sembari menunggu Sagara keluar dari kamarnya Arsha menyiapkan bekal untuknya dan untuk Sagara, gadis itu memasak nasi goreng untuk bekal dan menyiapkan susu serta roti untuk sarapan pagi.

"Calon istri yang baik nih gue" gumam Arsha memuji dirinya sendiri.

Arsha memasukkan bekal yang sudah ia persiapkan ke dalam tasnya tidak lupa dengan botol minum yang juga sudah ia persiapkan. Tenang saja gadis itu sudah tahu cara membuka botol minum yang menggunakan sidik jari, tidak seperti tempo hari.

"Sagara lama aku kan dari tadi nungguin mana lapar lagi" ucap gadis itu melihat Sagara yang sudah berjalan kearahnya.

"Kenapa gak makan duluan?" tanya Sagara yang di balas decakan oleh Arsha.

"Gak sopanlah kalau aku makan dulu kan kamu tuan rumah, tapi kalau kamu jadiin aku tuan rumah aku sih mau pakai banget" jawab Arsha.

"Yaudah kamu sekarang jadi tuan rumah" ujar Sagara santai sembari memakan roti miliknya.

"Karena memang harusnya begitu, Arsha pacar Sagara dan juga istri Sagara" lanjut Sagara.

ARSHA JOURNEYWhere stories live. Discover now