BAB 43

3.6K 598 55
                                    

Arsha terdiam mendengar perkataan Sagara, jujur saja dia merasa sesak ketika Sagara benar - benar mengatakan tidak mengenali dirinya. Tapi itulah faktanya dan ia juga tidak mengenali Sagara secara nyata, keduanya tidak pernah bertemu secara nyata sebelumnya. Arsha mengubah ekspresinya wajahnya dan kembali tersenyum.

"Sagara keren bisa mimpi in Arsha, jangan - jangan Sagara kangen Arsha lagi" ujar Arsha ceria.

"Dan hal paling bodoh gue lama - lama gila Arsha" ujar Sagara tanpa merespon ucapan Arsha, pria itu semakin mendekati Arsha.

Sagara menatap intens Arsha, pria itu setiap malam selalu bermimpi, dan mimpi itu selalu mempunyai hubungan atau sebut saja berkelanjutan. Seolah Sagara mempunyai kehidupan lain, ia bahkan hampir tidak bisa membedakan mana dunia mimpi dan mana dunia nyata. Yang ia katakan benar, ia hampir gila memikirkan semuanya, semua tentang mimpinya.

Sagara mengangkat dagu Arsha dan menatap gadis itu seolah hanya gadis itu obyek satu - satunya yang ada di sekitarnya.

"Dan sialnya gue lebih menyukai dunia mimpi itu" ucap Sagara membuat Arsha menganga lebar. Berarti ia dan Sagara mengalami mimpi yang sama.

"Maaf tadi untuk yang tadi pagi" lanjut Sagara mengecup bibir mungil gadis itu.

Arsha tidak tahu harus merespon seperti apa, ia menatap Sagara bingung. Kenapa pria itu tiba - tiba menciumnya. Menciumnya?

"What the fuck men! Heh bisa - bisanya ya lo, ini bibir bukan sembarang bibir main nyosor saja. Astaga kawan bibirku sudah tidak suci lagi" gerutu gadis itu tersadar dengan apa yang di lakukan Sagara. Arsha menatap Sagara tajam, meskipun gadis itu menginginkan Sagara mengenalnya seperti saat di mana ia dalam komanya tapi bukan seperti ini juga.

"Tapi enak sih" gumam gadis itu, sedetik kemudian ia menepuk mulutnya.

"Jadi?" tanya Arsha kembali ke mode serius, sebenarnya gadis itu dari tadi tidak serius. Tapi otaknya tidak sampai memikirkan apa yang Sagara ucapkan, ia sedari tadi memikirkan apa maksud dari ucapan Sagara. Berbeda dengan Sagara yang mengerti dengan tatapan Arsha, ternyata Arsha sama saja dengan Arsha yang ada dalam mimpinya. Sama - sama bodoh dan sifat Arsha sama persis, membuatnya percaya Arsha yang ada di mimpinya sama dengan Arsha yang ada di hadapannya saat ini.

"Arsha dan Sagara pacaran dan akan menikah" jawab Sagara.

"Tidak masalah jika membuat dunia mimpi itu menjadi nyata" lanjut Sagara tersenyum miring.

Andaikan Alvino dan Abbas ada di sini keduanya akan berteriak heboh mendengar Sagara banyak berbicara, bukannya Sagara tidak pernah berbicara panjang, hanya saja Sagara akan berbicara panjang lebar jika menyangkut yang berhubungan dengan ilmu.

"Dan berati kamu Adeline kecil"

"Tidak perlu mengelak lagi Arsha, gelang yang kamu pakai sudah cukup menjelaskan semuanya. Di mimpi kamu tidak memaki gelang tetapi cincin yang sama dengan Sagara bukan? tapi di dunia nyata yang sebenarnya adalah gelang yang sama dan gelang itu di buat khusus" jelas Sagara yang membuat Arsha tidak bisa mematahkan ucapan Sagara.

"Di dunia nyata Sagara tetap kaya?" tanya Arsha.

''Ya" jawab pria itu yang mengundang senyum Arsha.

"Ohhhh bagus lah kalau begitu'' gumam Arsha masih tetap dengan senyumannya.

Keduanya berjalan beriringan, Sagara menggenggam tangan Arsha seolah tidak membiarkan gadis itu jauh dari sampingnya.

Salah satu alasan Sagara pindah ke Saturnus High School adalah ia tidak sengaja mendengarkan pembicaraan antara paman dan ayahnya, yang mengatakan Adeline bersekolah di Saturnus High School. Mendengar itu Sagara memutuskan pindah sekolah dan berharap menemukan Adeline, namun dua bulan setelah kepindahannya ia tidak bertemu Adeline dan bahkan tidak ada satu pun siswi yang bernama Adeline.

Tapi sekarang semuanya akan baik - baik saja, ia menemukan gadis kecilnya dan gadis kecilnya, Adeline kecilnya adalah Arsha.

"Sagara kenal nenek Ainun?" tanya Arsha yang di angguki Sagara.

''Dia nenek kandung gue, ibu dari papa" jawab pria itu.

"Tapi dia juga nenek Arsha, dari kecil Arsha selalu ke rumah nenek Ainun yang di Bandung dan biasanya tiap libur semester sih" jawab Arsha yang membuat Sagara bingung.

"Ainun family tidak mempunyai aset apa pun di Bandung, termasuk rumah dan segala macam. Tapi bagaimana bisa?" gumam Sagara. Pasti neneknya menyembunyikan sesuatu dari dirinya, neneknya yang mengatakan akan membantu mencari Adeline hingga ketemu tapi kenapa neneknya malah menyembunyikan semuanya?

"Harusnya lo udah tahu siapa keluarga lo sebenarnya dan tentang masa kecil lo, Sagara dalam mimpi sudah menceritakan semuanya bukan?" tanya Sagara yang di angguki oleh Arsha. Ya, dia sudah mengetahui semuanya, siapa dirinya sebenarnya dan tentang kedua orang tua kandungnya yang sudah meninggal. Tetapi tidak ada alasan untuk ia tetap bersedih, ia mempunyai keluarga yang merawatnya sejak kecil, ia mempunyai keluarga dan teman - teman yang selalu menyayanginya dan ia mempunyai keluarga yang tidak akan membiarkan ia sendiri.

Arsha tersenyum mengingat bagaimana 18 tahun ia di perlakukan baik oleh keluarganya, ia tidak pernah kekurangan kasih sayang, ia bersyukur untuk hidupnya. Terlepas dari kenyetaan yang sebenarnya bahwa keluarga kandungnya sudah tidak ada, ia tetap bersyukur. Ada Keenan dan Cheri yang selalu menjaganya. Bukankah hidupnya adalah impian orang di luar sana, selama ini ia memang hidup sederhana, terlepas dari masalah yang sering datang dan pergi tapi lihat. Sampai sekarang ia masih di beri kebebasan.

"Arsha tahu kok dan Arsha memilih bodo amat. Arsha lebih memilih hidup damai dari pada harus di kejar - kejar musuh keluarga kandung Arsha" ujar gadis itu yang mendapat senyuman dari Sagara.

"Bukannya Arsha gak mau harta warisan dari keluarga kandung Arsha, semuanya butuh duit duit dan duit. Tapi Arsha tahu mengambil semuanya Arsha akan mendapat risiko yang besar dan membahayakan keluarga Arsha" ucap gadis itu.

"Arsha" ucap Sagara mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu.

"Lo udah berhasil keluar dari tahun 2035, bukankah perjanjian kita jika lo berhasil keluar kita akan menikah dan memang sudah seharusnya begitu kan?" lanjut Sagara.

"Kapan deh? lo salah ingat kali, seingat gue kita gak pernah bikin perjanjian kaya begitu. Jangan ngadi - ngadi ya! di kira nikah gampang kaya nikahannya kucing" gerutu gadis itu dengan wajah cemberutnya.

"Tidak usah pura - pura lupa Arsha! atau perlu gue membuatmu mengingat semuanya?" tanya Sagara tersenyum miring.

"Gak deh! skip. Arsha gak ingat ya. Nikahnya kapan - kapan aja" jawab gadis itu melepaskan tautan tangannya dan berlari meninggalkan Sagara. Jangan sampai Sagara mengingatkan semua yang ia lalui saat dalam komanya. Itu seperti sebuah aib baginya.













Jangan lupa follow + vote!!

Kalau nanti udah ending mau bilang apa? Yuk komen!!

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang