BAB 42

3.4K 582 23
                                    

Arsha menatap Bimo yang kini duduk di samping brankar UKS, tempat di mana Arsha terbaring. Bimo dengan panik menggendong Arsha ke UKS, melihat Arsha yang pingsan dan mengeluarkan darah membuat pria itu sangat takut di tambah Arsha yang baru bangun dari komanya selama berbulan - bulan.

"Makanya kalau belum sembuh jangan bandel, pasti bang Keenan nyuruh lo istirahat tapi lo gak mau kan?" tuding Bimo yang di balas cengiran oleh Arsha.

"Maaf deh Bimo, gue gak merasakan sakit apa pun. Kayanya efek dari kecelakaan kali ya, tapi aku rajin minum obat kok" jawab Arsha yang hanya di balas dengusan oleh Bimo.

"Jangan kasih tahu orang rumah ya, nanti gue malah di omelin lagi. Gue gak kenapa-napa kok" pinta Arsha dengan mata memelasnya.

"CK, iya gak bakal gue bilang. Tapi btw lo kenal sama Sagara?" tanya Bimo yang membuat Arsha terdiam. Dia bingung harus menjawab apa, dia mengenal Sagara dalam komanya tapi nyatanya dia tidak mengenal dan sebelumnya tidak pernah bertemu dengan Sagara.

"Kalau iya kenapa Bim?" tanya Arsha menatap Bimo serius.

"Lo kenal dia dari mana dah? orang dia baru pindah 2 bulan lalu" ujar Bimo menatap Arsha curiga.

"Dari mimpi, hehehehe" ujar gadis itu yang mendapat tatapan kesal dari Bimo.

"Gue akan sangat amat terheran - heran kalau Sagara dan lo saling kenal. Asal lo tahu Sagara itu pintar banget pokoknya pakai banget, tapi dia itu cuek sangat cuek banget. Jangan harap lo di respon sama dia, tapi kalau soal pelajaran baru dia akan merespon. Hanya orang tertentu yang bisa berbicara sama dia, makanya gue gak yakin orang bego kaya lo bisa saling kenal sama Sagara" ucap Bimo yang mendapat pukulan dari Arsha. Gadis itu tidak terima jika di katakan bego, bodoh ataupun semacamnya. Dia tidak bodoh hanya saja belum waktunya ia untuk pintar, dia masih menunggu waktu yang tepat untuk mulai serius belajar dan perlahan ia menyadari kalau waktu yang tepat itu tidak akan ada.

Setidaknya Arsha bisa membaca, berhitung, dan menulis. Itu sudah cukup untuk bekalnya nanti, karena ia yakin dan percaya semua akan indah pada waktunya.

"Sasa lo baik - baik aja kan?" tanya Amel yang tiba - tiba masuk ke ruangan UKS membuat Arsha dan Bimo kaget mendengar teriakan Amel.

"Kaget anjing" kesal Bimo menatap Amel dan Lala yang cengar-cengir menatap Bimo.

"Gue sama Lala dengar kalau tadi lo pingsan dan mimisan" ucap Amel mendekat ke Arsha, menatap tubuh gadis itu yang terbaring di brankar UKS.

"Gue baik - baik aja. Btw kok kalian enggak masuk kelas? bolos ya?" tuding Arsha yang mendapat tatapan tajam dari Amel dan Lala.

"Udah istirahat Arsha sayang, gemes deh ingin jambak" jawab Lala.

"Oh, kantin yuk gue bawa bekel sih tapi mau makan di kantin, suasana lebih rame' ujar Arsha bangun dari brankarnya dan menatap ke tiga temannya itu.

"Yakin enggak sakit lagi?" tanya Bimo yang mendapat anggukan dari Arsha.

Di kantin seperti biasanya akan selalu rame, sudah menjadi ciri khas semua sekolah akan ramai saat istirahat. Arsha dan ketiga temannya memilih untuk duduk di meja tengah yang cukup longgar, sangat pas untuk orang seperti Arsha yang suka keramaian. Arsha memakan bekal yang ia bawa dari rumah dengan lahap. Tanpa Arsha sadari dari meja pojok kantin ada yang menatap dirinya, melihat setiap pergerakan gadis itu dengan seksama.

"Lo kenal?"

"Gak"

"Bohong banget, gak mungkin lo lihat itu cewek segitunya kalau lo enggak kenal dia" ujar cowok berseragam putih abu - abu dengan name tag Alvino.

ARSHA JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang