BAB 32

4.7K 766 12
                                    

Berbeda dari hari biasanya kali ini Arsha tersenyum manis dan menggandeng tangan Sagara memasuki ruangan kelas. Banyak pasang mata yang menatap Arsha dan Sagara tapi bersikap bodo amat adalah pilihan terbaik Arsha. Memasuki ruangan kelas sama seperti yang lain teman satu kelas Sagara juga menatap heran pasangan tersebut.

"Gua kira bohongan kalau Sagara udah nikah sama Arsha ternyata beneran" ucap perempuan teman sekelas mereka.

"Belum nikah cuy masih bisa gua tikung" celetuk Lintang menjawab perkataan gadis tersebut yang mendapat anggukan dari lawn bicaranya.

"Oh kirain udah nikah" jawab gadis itu.

Arsha tersenyum manis dan menyapa teman satu kelasnya, berbeda dengan Sagara pria itu biasa saja selalu memperlihatkan wajah tanpa ekspresi. Orang - orang belum pernah melihat Sagara tersenyum yang mereka lihat selalu saja raut datar atau raut serius saat mengerjakan tugas dan jangan lupakan raut marah dan kesal saat di hadapkan dengan orang bodoh.

"Hai Arsha bahagia banget muka lo" sapa Lintang mencolek dagu Arsha yang mendapat tatapan tajam dari Sagara.

"Iya nih lagi bahagia, gua lagi kaya raya nih. Lo ada waktu temenin gua dinner gak? gua mau makan malam mewah sambil curhat manja" jawab Arsha mengedipkan matanya dan tersenyum manis pada Lintang.

"Gak! Belajar yang rajin" Sagara menatap tajam Sagara dan juga Lintang.

"Serius mulu hidup lu" cibir Lintang meninggalkan meja ke Arsha dan Sagara.

Arsha berdecak menatap Sagara yang mengeluarkan buku - bukunya dari dalam tas, belajar belajar belajar hidup Sagara hanya sebatas itu sejauh yang Arsha lihat. Tidak sampai di situ Arsha kembali di buat menganga dengan Sagara yang langsung membuka buku fisika dan mulai mengerjakan soal. Apakah otak pria yang ada di hadapannya tidak panas melihat deretan angka dan rumus.

"Gara" panggil Arsha menghentikan kegiatan Sagara.

"Gua jadi berpikir kalau gua nikah sama lo apa yang bakalan gua wariskan? pinter engga, cantik engga juga, kaya engga juga" ucap Arsha dengan raut wajah berpikir.

Berbeda dengan Sagara yang mendengus kesal mendengar ucapan dari Arsha, mengeluh mengeluh dan mengeluh itulah bakat Arsha tapi tidak pernah ada tindakan untuk maju.

"Lo bukannya bodoh tapi malas belajar dan malas memulai sesuatu ya baru" jawab Sagara.

"Dan lo cantik" jawab Sagara menatap Arsha namun tetap saja ia mengatakan itu tanpa ekspresi.

"Iya iya tuan pacar, gua juga ingat perjanjian kita kalau gua masuk 5 besar kita akan kembali ke 2021" ucap Arsha tersenyum yang di angguki oleh Sagara.

"Gue gak nyuruh lo buat pintar tapi lo harus belajar Arsha, ilmu yang ada di otak lo kosong" ucap Sagara yang mendapat tatapan maut dari Arsha, bisa - bisanya Sagara menghina dirinya sudah jelas - jelas dia adalah calon intelejen.

"Katanya pacar tapi kelakuan kok mulut kaya tetangga yang suka julid" ucap Arsha cemburut. Mulut Arsha sedari tadi tidak berhenti berkomat - kamit, menatap sinis Sagara dan memaki pria itu dalam hati. Dia masih tidak terima di katakan otak kosong. Arsha menggaruk kepalanya melihat Sagara yang bahkan tidk meminta maaf pada dirinya, haruskah Arsha memukul kepala Sagara?

"Kenapa?" tanya Sagara.

"Engga papa kok cuman gua punya banyak kutu" jawab Arsha ngasal.

Sagara menutup bukunya dan menatap Arsha yang kini sibuk mencoret - coret buku. Sagara takut jika ia tidak bisa menepati janjinya dan ia tidak ingin membuat Arsha kecewa, ia tidak ingin Arsha menjauh darinya sampai kapanpun Arsha akan tetap bersamanya.

ARSHA JOURNEYWhere stories live. Discover now