21. The Breath of Life

428 66 53
                                    


[source: https://suartikajayablog

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[source: https://suartikajayablog.wordpress.com/2014/04/05/pasar-seni-sukawati/]


Pecahan Kedua Puluh Satu

The Breath of Life



Pasar Seni Halmeida, sebuah perayaan tahunan di kota Halmeida yang berlangsung satu minggu utuh setiap pertengahan bulan ketiga. Setiap tahun, kegiatan rutinan ini selalu ramai oleh berbagai seniman dari penjuru Crissia Kingdom. Memamerkan bakat seni di bidang kerajinan tangan lalu melelangnya pada seluruh rakyat yang berminat.

Namun tahun ini berbeda. Dua hari pertama, pasar itu ramai seperti biasanya. Hari ketiga, kejanggalan muncul. Banyak seniman maupun pembeli yang tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. Sejak hari itu, jumlah pengunjung pasar berangsur-angsur berkurang. Banyak seniman yang memutuskan untuk pulang daripada mengorbankan nyawa demi mempertunjukkan bakat mereka.

Walau bagaimanapun, hari ini adalah hari ketujuh. Sebanyak apapun pengunjung yang pulang pada hari-hari sebelumnya, mereka akan tetap kembali pada hari ketujuh. Nanti malam, malam puncak dari rentetan perayaan Pasar Seni Halmeida, sebuah pameran besar diadakan. Pameran inti dari karya seni yang terpilih. Dilelang dengan harga yang melambung tinggi dan ditawarkan pada bangsawan pecinta seni atau mereka yang hanya ingin memamerkan harta. Diadakan di tengah stadion besar di tengah Kota Halmeida.

"Aku mendapat informasi dari seorang kusir kereta." Khao Ratana melompat-lompat kecil antusias, matanya berbinar cerah. Kakinya melangkah sambil menari ringan, menunjukan suasana hatinya yang selalu riang. "Katanya, Kak Off bisa membuat mawar dari api putih di jari-jarinya. Itu keren sekali, bukan? Sayang sekali aku tidak lulus tes Swain Academy. Padahal aku sangat ingin bertemu sang Penerus King."

Mix Sahaphap Wongratch menguap lebar. Sejak pagi, hampir pada setiap kesempatan, sahabatnya itu tidak pernah bosan menceritakan satu orang yang sama. Telinga Mix sampai ingin meledak, merasa dijejal paksa oleh informasi yang ia tidak ingin tahu.

"Nanti, kalau kau bertemu dengan Kak Off, tolong mintakan aku tanda tangannya ya? Ya?"

Mix, siswa Swain Academy kelas A tahun pertama, melirik Khao dengan wajah tidak tertarik. "Tidak mau. Aku malas."

Wajah Khao berubah sendu. "Kau kan satu sekolah dengannya. Mintakan, ya?"

"Malas."

Alis Khao bertaut, bibirnya mengerucut. Mix tahu, raut wajah sahabatnya saat ini adalah raut ajakan perang.

"Aku marah."

Di bawah terik matahari yang menyengat, di tengah riuh pasar seni Halmeida hari ketujuh, tiba-tiba, hawa pekat menyeruak, menusuk ke dalam diri Mix dan memintanya waspada. Mix menghentikan langkah, melirik ke sekitar hati-hati. Menyadari keberadaan kelebat biru putih di kejauhan, Mix menghadap sahabatnya sambil membuang nafas lelah.

Sore of The Hiraeth [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang