28. Fairies of The Abyss

131 13 2
                                    


[ source: https://playground

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ source: https://playground.com/post/genera-una-imagen-que-represente-un-rbol-majestuoso-y-frond-clijttpqq00lws601ggjgafyz ]


Pecahan Kedua Puluh Delapan

Fairies of The Abyss


"Kau tau, Dunk? Saat kita bernafas, kita hanya menggunakan salah satu dari dua lubang hidung kita."

Di bawah teduh pohon rindang, Dunk menoleh pada Joong Archen Aydin, bangsawan Selphlore yang dua tahun terakhir ini menjadi teman terdekatnya. Ia masih 15 kala itu. Sedangkan Joong lebih tua 3 tahun darinya.

Dunk tersenyum sinis, menatap tidak percaya. "Aku tidak merasa begitu, Kak."

"Berhentilah memanggilku 'Kak'. Aku terdengar tua."

"Kau memang tua."

Joong menyandarkan punggung ke batang pohon di belakang mereka. Mereka duduk bersebalahan. Kaki mereka yang sama-sama berselonjor saling bersentuhan, menggesek bunga-bunga dandelion yang melebat di sekitar keduanya.

"Maksudku—" Joong berusaha kembali ke topik awal. "Kalau kau banyak mengalami halusinasi aneh—"

"Aku tidak berhalusinasi."

"Yeah, apapun itu. Itu berarti kau terlalu banyak bernafas menggunakan hidung kanan."

Dunk mengernyit. Ia memang sering mendapat penglihatan aneh akhir-akhir ini. Terkadang seperti mimpi. Terkadang yang lain ia melihat sesuatu saat ia sepenuhnya sadar. Saat ia sedang berbicara atau beraktifitas, tiba-tiba saja jiwanya seperti terlempar ke suatu tempat. Dunk tidak terlalu mengerti. Yang ia lihat tidak begitu jelas. Sesekali hanya pendar cahaya ungu. Sesekali juga sebuah pohon lebat di atas tebing.

"Kau tidak percaya?" Joong menebak raut wajah Dunk. "Dengar. Saat kau bernafas dengan hidung kanan, oksigen akan masuk ke otak kiri. Fungsi otak kiri cenderung pada kemampuan berimajinasi. Jadi kalau kau sering berhalusinasi—"

"Aku tidak berhalusinasi!"

"—kau harus berlatih untuk bernafas dengan hidung kiri agar oksigen masuk ke otak kanan, otak logika."

"Nonsense." Dunk berdiri kesal. Ia menepuk-nepuk celana kainnya yang banyak tertempel bulu-bulu dandelion.

"Kau mau kemana?" Joong turut berdiri.

"Pulang, Tuan Archen. Aku tidak mau mendengar ceramahmu tentang pernafasan hidung kanan dan hidung kiri. Menurutku, hidungku hanya satu. Tidak ada kanan dan kiri."

"Astaga. Aku hanya berusaha membantumu, Tuan Natachai."

Dunk melangkah pergi.

"Dunk! Hey, Dunk!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sore of The Hiraeth [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang