Prolog

2.4K 202 14
                                    


 ⚠

trigger warning!! blood, murder, violence, bullying, depressive thought, angst, suicidal attempt, major character death, abusive behavior.

Harap membaca trigger warning dengan cermat sebelum memutuskan untuk mampir!!! Jika merasa kurang nyaman disarankan untuk tidak melanjutkan. Please be wise!

 ⚠

Welcome to Crissia



PROLOG



Merah.

Berlumuran darah.

Off kecil terdiam kaku di sudut ruang tamu dengan air mata yang telah bermuara di ujung mata. Tenggorokan Off menyempit, membuat ia kesulitan mengeluarkan kata-kata. Tubuh Off bergetar, bersama ketakutan yang tak henti-henti menguar.

"Off, cepat pergi!" Suara serak dari kakeknya membuat air mata Off lolos begitu saja. Off duduk diam sambil menggenggam erat dua tangan kakek yang terbaring tengkurap lemah di atas lantai.

"Ka—" Suara Off tercekat seolah udara mencekik leher. "—kek." Off menggigit bibir menahan isakan yang mulai tak tertahan.

"Jangan bersuara." Pinta sang kakek. "Tahan nafasmu dan lari sejauh-jauhnya. Kakek akan menahan iblis-iblis itu."

Off kecil menggeleng. Tangan mungilnya tergerak untuk merengkuh tubuh tak berdaya di depannya. Hatinya semakin pilu saat melihat darah mengalir dari luka menganga di bagian punggung, paha, dan siku sang kakek. Kulitnya koyak, menyembulkan daging merah segar yang membuat perut Off mual.

Dalam sekali hentak, sang kakek melepas paksa rengkuhan cucu kesayangannya. Kakek sedikit mendorong tubuh Off, membuat Off kecil terhuyung ke belakang, menyandar pintu tak terkunci yang siap membawanya keluar.

"Pergilah, Off! Kakek selalu bersamamu. Hiduplah dengan baik. Berjanjilah, ya?"

Pandangan Off kembali buram oleh genangan air mata. Off mengangguk lemah, lalu menguatkan diri untuk berdiri. Sekali lagi, sebelum benar-benar pergi, Off memandang wajah kakeknya. Off berharap kakek akan menahannya dan memintanya untuk tetap di sini. Nyatanya, sebuah senyum melengkung dari wajah kakek, memberikan guratan-guratan renta yang tak pernah berubah, selalu terlihat indah dan tampak seperti rumah. Off menitikkan air mata, meninggalkan tetes bening di atas lantai rumah untuk terakhir kali. Off membuka pintu lalu berlari pergi.

Off tahu, sesaat setelah ia berlari, iblis-iblis berbadan manusia berkepala sapi itu akan kembali, mengoyak dan memakan tubuh renta yang 5 tahun ini dengan tulus merawatnya. Rasa mual menyerang hanya dengan membayangkannya. Off menutup mata dan menutup telinga. Hati Off perih. Semakin perih saat Off sadar, bahwa ia tak bisa berbuat apa-apa dengan tubuh lemahnya.

***

"Kakek!"

Off membuka mata. Nafasnya tersengal lelah. Kasur empuk terasa di punggung, membuyarkan mimpi yang selalu tampak nyata. Ingatan Off seolah membeku, membawanya kembali pada 13 tahun yang lalu, saat usianya masih terlalu belia untuk memahami segala sesuatu.

"Sialan! Mimpi itu lagi." Gumam Off pelan.

Off mengusap mata dengan punggung tangan. Diliriknya jam dinding dari sudut mata. Dengan kesal, Off beranjak bangun untuk memulai hari.

Sore of The Hiraeth [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang