[ONGOING]
2025, gerbang dimensi manusia-iblis terbuka. Iblis turun ke bumi dan menghancurkan peradaban teknologi. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecuali sihir api. Manusia meninggalkan teknologi dan mulai mempelajari sihir. Swain Academy tahu...
[Warning!!Chara Death. Banyak penambahan chara, mohon jangan kaget.]
Tay menyambar roti dari meja makan, lalu meletakkannya di mulut. Cepat-cepat, Tay berjalan ke arah pintu depan dengan tangan yang menenteng tas dan jas almamater kebanggan Swain Academy. Padahal hanya satu tas kecil, tapi Tay merasa kerepotan.
"Perlu dibantu, Tuan Muda Tawan?"
Seorang pelayan menghampiri Tay, hendak mengambil tasnya yang terlihat berat. Tay menggeleng cepat. Tay menggigit roti dan mengunyahnya cepat, lalu menelannya cepat pula.
"Tidak. Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
Para maid di rumah mewah ini hanya bisa menunduk setiap Tay mengatakan hal itu. Tay memang hanya seorang anak angkat, menjadi anggota keluarga baru di keluarga bangsawan Kirdpan. Namun sikap Tay tidak banyak berubah. Tay tidak terbiasa dengan kehidupan bangsawan yang selalu dilayani.
"Desa Oun itu di dekat laut ya?"
Tay menoleh, mendapati adiknya yang sedang berbaring membaca buku di atas sofa merah tua.
"Jangan membaca buku sambil berbaring, Tuan Korapat." Tay menyindir. Kadang Tay tidak habis pikir juga, kenapa orang tua bocah 13 tahun ini mau mengangkatnya, padahal mereka sudah memiliki seorang putra.
Nanon Korapat Kirdpan memggeliat sebentar, sebelum bangkit duduk.
"Ajak aku, Kak."
Tay menggeleng cepat.
"Aku ke sana untuk menjalankan misi. Bukan untuk bermain di laut."
"Hah ... Padahal aku ingin sekali melihat laut."
"Pelajari dulu api biru dengan baik. Baru boleh pergi kemana-mana."
Nanon berdecak kesal, lalu kembali berbaring.
"Tunggu saja, tahun depan aku akan menguasai api biru. Nanti saat usiaku 16 tahun aku akan masuk ke kelas spesial juga."
"Tahun lalu kamu juga bicara seperti itu."
Tay memakai jas bersulam emas di dada kiri yang selalu berhasil membuat adik angkatnya iri. Melihat lirikan tajam adiknya, Tay terkekeh. Lalu beranjak keluar pintu.
***
Jauh di Timur laut dari ibu kota Crissia, di perbatasan terakhir wilayah Crissia Kingdom yang dibatasi oleh laut, dalam sebuah gubuk kayu tak seberapa lebar dengan lubang dimana-mana, Fluke Ditaphisit menggenggam tangan dingin sepupunya yang terbaring di atas dipan kayu.