[ONGOING]
2025, gerbang dimensi manusia-iblis terbuka. Iblis turun ke bumi dan menghancurkan peradaban teknologi. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecuali sihir api. Manusia meninggalkan teknologi dan mulai mempelajari sihir. Swain Academy tahu...
Setiap usai melakukan suatu tugas, siswa-siswi Swain Academy akan diminta untuk melakukan tes kesehatan. Jika perlu, mereka akan diminta menginap di rumah sakit beberapa hari untuk menjalani perawatan. Jika tidak, mereka bisa pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Tiga hari berlalu sejak mereka pulang dari Desa Tanpa Matahari, pihak rumah sakit bahkan sudah menyatakan bahwa Off tidak memiliki luka yang mengkhawatirkan, namun Gun bersikeras menempelinya kemana-mana.
"Kau tau, sayang? Bukannya aku tidak senang." Off melepaskan pelukan Gun saat mereka tiba di depan ruang kelas yang akan mereka gunakan untuk melakukan ujian kenaikan kelas susulan. "Tapi kita berbeda ruangan. Kau akan melakukan ujian sihir, ingat? Aku akan mengerjakan ujian materi lebih dulu."
Gun memberengut. Percik-percik takut masih terlihat di kedua azure gelapnya.
"Off tidak senang aku di sisimu?"
Off menggeleng buru-buru. "Bukan begitu, sayang..." Off menghela nafas. "Kau tau apa makna ujian kenaikan kelas?"
Gun berpikir. Kedua alisnya bertaut di sela-sela poninya yang berantakan.
"Tes untuk menguji kelayakan naik kelas?"
"Benar." Off mencoba berucap hati-hati. "Tes untuk menguji apakah kita masih layak sekelas atau tidak."
"Apa maksudmu?" Gun menatap tidak suka.
"Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang, sayang? Kau hampir meninggalkan ujianmu. Apakah kau pikir sekolah akan membiarkan orang yang sengaja meninggalkan tanggung jawabnya untuk naik kelas?"
Gun terhenyak. Kerlip di matanya melayu.
"Off... Aku..."
Off menarik Gun ke dalam rengkuhan. Samar-samar, Off bisa merasakan ketakutan yang berusaha Gun sembunyikan.
"Kita akan menghadapi apapun bersama-sama. Kita akan ujian, lalu kita akan naik ke tahun keempat bersama-sama."
Gun melingkarkan lengannya di punggung Off. Dahi dan matanya yang sendu menyembul di pundak Off.
"Aku takut... Kau tidak bernafas waktu itu. Kau pucat. Kau dingin. Aku takut sekali...Aku—"
"Sshhh..." Off mengusap-usap punggung Gun, berusaha memberi afeksi yang menenangkan.