Bab 1

157 4 0
                                    

Kalau ada yang mengatakan bahwa jodoh akan bertemu kembali ketika waktunya tiba, bolehkah aku menginginkannya menjadi sebuah kenyataan?

Bukan karena dia terlalu sempurna atau dia terlalu indah untuk dimiliki hingga aku masih berharap kami masih memiliki takdir. Tetapi karena dia mencintaiku dengan cara sederhana di suatu waktu yang pernah kusia-siakan.

Usia kami masih muda saat itu. 17 tahun, kami sekelas dengan jurusan yang sama dan peminatan yang sama. Saat memikirkannya, ada perasaan campur aduk, antara aku sangat merindukannya dan sangat menyesali scenario yang kulakukan saat itu.

Setelah berpisah dengannya, aku bukan kehilangan arah hidup. Hidup ku berjalan. Berjalan seperti orang-orang pada umumnya.

Aku diterima di sebuah universitas negeri yang cukup baik, atau bisa dikatakan terbaik di pulau ini. Aku kuliah seperti mahasiswa pada umumnya, ber organisasi, mendapatkan beasiswa untuk uang saku ku, melakukan pengabdian, dan hal-hal lainnya yang juga dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya.

Satu yang cukup berbeda adalah, aku tidak pernah merasakan sesuatu bernama jatuh cinta di masa perkuliahan ku. Bahkan rasa suka pun tidak. Sempat aku berpikir apakah aku tidak lagi memiliki rasa cinta?

Namun, kusadari, perasaan ku terikat. Di malam-malam tertentu, aku selalu merindukannya.

Aku tau dia dimana, kuliah di universitas mana, dan aktivitas nya. Tapi jariku, suaraku, tidak ada nyali untuk melaksanakan tugasnya.

Hingga saat ini, aku berusia 25 tahun, bekerja dalam sebuah perusahaan industry pengembangan smarthome yang mengembangkan alat-alat rumah berbasis teknologi. Posisi ku cukup baik bagi seorang perempuan.

Semuanya masih sama. Bahkan perasaan ku yang masih terikat.

Sejak lulus SMA aku masih memikirkannya hingga saat ini.

Pelukan BulanWhere stories live. Discover now