Bab 13

54 2 0
                                    

Beberapa hari yang lalu sudah terlaksana ujian seleksi untuk beasiswa bimbingan belajar eksklusif, dilaksanakan di 3 sekolah sekaligus. Kuota yang diterima hanya 20 orang dari setiap sekolah sehingga persaingannya cukup ketat.

Aku mengerjakannya semampuku bukan dengan usaha terbaik ku. Aku hanya ingin memenuhi keinginan Petrus.

Informasi dari kesiswaan tadi pagi, ku dengar nama-nama yang lolos sudah dikirimkan penyelenggara ke Lembaga sekolah dan akan diumumkan di break yang kedua.

Aku tidak terlalu berharap banyak dan tidak akan terlalu kecewa apabila gagal. Oh, ayolah. Sebenarnya itu cukup melelahkan, karena bimbingan yang akan di gelar di adakan di SMA tetangga, cukup jauh, sekitar 2 jam dari sekolahku. Sehingga jika ditotal, perlu waktu 3 jam dari lokasi bimbingan nanti ke rumah.

Tapi kurasa menyenangkan juga apabila bisa bergabung, relasi ku dengan para alumni bertambah, dan jangan lupa , mungkin aku akan memiliki teman atau setidaknya kenalan dari sekolah lain.

*****

Kulihat Petrus tergesa-gesa ke arahku sambil membawa handphone di tangannya. Sesekali dia menggeser kasar siswa yang menghalangi langkahnya.

"Bunga, kita lolos. Yeay... Sudah kuduga. "

Alisku bertaut, bukankah pengumuman nya akan ditempel di break yang kedua? Sekarang kan masih break yang pertama. Apa dia cenayang?

Tangannya lekas terangkat bersama handphone dengan layar aktif. Oh ayolah, bukankah dia sedang melanggar peraturan sekolah ini?

Kusipitkan mata minus ku untuk melihat lebih jelas sesuatu yang sepertinya menjadi bukti perkataannya. Dan benar saja, itu photo nama-nama siswa yang lolos, resmi dari penyelenggara.

Kurebut handphone dari tangannya sambil memperbesar gambar memastikan yang kulihat, "dari mana kau mendapatkannya?".

Petrus bersidekap dada, "Tadinya Pak DH menyuruhku untuk mengumpulkan tugas kimia di meja kerjanya, ternyata Pak DH penanggung jawab beasiswa bimbingan ini. Lalu lekas ku fotokan. Bukankah aku cukup cerdas?"

Kulirik Petrus dengan tatapan sinis, "Cerdas katamu? Licik iya. Kau sudah melanggar banyak peraturan. Membawa handphone, memfoto berkas tanpa seizinnya, dan menggangguku di waktu istirahatku."

Ia tersenyum.

Lalu menarik tangan kecil ku. Aku sedikit tersentak, namun kuikuti tanpa berontak, berontak hanya akan mengundang perhatian banyak orang.

Sambil berjalan, ku tanyakan Petrus dengan nada berbisik, "Hei, kau akan membawaku kemana?"

"Kantin. Aku sedang senang hari ini. Dan kau harus terbiasa makan bersamaku, bukankah 6 bulan kedepan kita akan belajar bersama? Jadi, harus makan bersama pula."

Pelukan BulanWhere stories live. Discover now