Bab 15

15 1 0
                                    

Sejak adanya pengumuman resmi siswa-siswi yang lolos mengikuti bimbingan GT di majalah dinding, sekolah cukup sibuk. Terutama rombel IPA yang notabenenya adalah peserta bimbingan GT.

Siswa-siswi yang lolos mulai sibuk melakukan pendaftaran ulang, mendiskusikan beberapa hal untuk selanjutnya mengikuti acara pembukaan yang akan di lakukan di sekolah tetangga yang jaraknya cukup jauh dari sekolah Bunga.

Nantinya, sekolah yang menjadi tempat pembukaan acara ini akan menjadi tempat bimbingan mereka setiap hari dari ketiga sekolah.

"Bunga, ntar tetap antar aku tiap pulang sekolah kan?" Tanya Cindy.

Aku menatap Cindy dengan pandangan sedikit aneh. Jelas saja aku akan tetap mengantarkannya seperti biasa.

"Tentu. Tidak ada yang akan berubah."

Cindy menggandengku menuju kantin. Tetapi langkahku berbelok menuju perpustakaan.

Cindy menahan tanganku dengan harapan aku akan ikut ke kantin.

"Perpus nya ntar aja Unga. Istirahat yang kedua ntar. Ngisi perut dulu ayuk."

Kalau dipikirkan kembali, memang ada benarnya, tadi pagi aku tidak sempat mengisi perutku. Dan jika aku ke perpustakaan sekarang, aku juga yakin bahwa aku tidak akan beranjak dari kursi samping jendela.

"Okei."

-0-

Sesungguhnya aku tidak seperti yang orang pikirkan. Aku juga menyukai kantin, juga menyukai olahraga, menginginkan hal-hal yang remaja lain lakukan. Tapi ada Batasan yang tidak boleh aku lewati.

Ada sesuatu yang membuatku selalu berpikir ratusan bahkan ribuan kali sebelum melakukan sesuatu. Aku tidak bisa menjadi beban diantara beban-beban lainnya.

Cindy memperhatikan ku sejenak, lalu berusaha mengajak ku sedikit bergurau. Meskipun kami baru mengenal setahun terakhir, harus kuakui bahwa dia satu-satunya orang yang paling peka terhadap diriku.

"I'm okay. Aku hanya sedikit terbebani. Mungkin karena bimbingan itu Cin," Cindy menunjukkan wajah bingungnya.

Bukankah hampir semua siswa-siswi di 3 sekolah TOP ini berusaha keras mendapatkan kesempatan itu? Mengapa Bunga justru terbebani bila dibandingkan dengan siswa lain yang sangat senang.

"Kenapa terbebani?"

"Entahlah. Aku hanya berpikir, bagaimana mungkin aku meninggalkan rumah 18 jam sehari? Bagaimana mungkin aku tega membiarkan Ibu ku melakukan segalanya?" Ucap Bunga dengan suara sedikit lebih pelan.

Cindy mengerti. Ibu Bunga tentu akan baik-baik saja. Bukankah Ibu nya juga akan sibuk mengajar hingga siang? Tapi Cindy mengerti kekhawatiran Bunga, Cindy tahu, Bunga memiliki hati yang sangat peka sehingga dia akan lebih mementingkan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

---


Pelukan BulanWhere stories live. Discover now