Bab 3

77 3 0
                                    

Aku berdiri menunggu giliran untuk mengembalikan buku yang kupinjam beberapa hari yang lalu. Semuanya sudah kubaca, ada 3 buku yang cukup tebal di tangan ku. 2 buku seri novel dan satu lagi buku ensiklopedia untuk bahan presentasiku lusa.

"Michelle Bunga, XI IPA 2, ada 3 buku. Kode 444A,444B, dan kode 112D." Petugas perpustakaan langsung mengenali ku tanpa menanyakan namaku, karena setiap hari saat break kelas yang kedua aku selalu mampir kesini.

Aku menyerahkan buku ditangan ku untuk diperiksa Kak Ana.

"Oke. Thank you Bunga udah ngejagain bukunya. Padahal aku pengen kami di denda loh. Hahaha."

Candaan kak Ana selalu garing. Tapi dia cukup ramah, dan cekatan. Aku mengenalnya sejak hari ketiga ku di sekolah ini saat tersesat ingin ke lab computer.

"Mau minjam lagi Bung?"

"Iya kak, seri ke 5 udah masuk kak? Yang Ulysses Moore?"

"Udah dong. Setebal itu setiap seri bukunya, sanggup kamu bacanya 2 hari. Heran aku. Lorong 3 ya, barisnya kayak biasa." Ucap Kak Ana mengalihkan pandangannya kembali ke komputernya melanjutkan antrian pengembalian buku atau peminjaman.

Ya. Meskipun terlihat aku hanya menyukai pelajaran atau tergila-gila dengan pelajaran, tak banyak yang tau, aku menyukai novel non-fiksi.

Akhir-akhir ini aku menyukai novel masukan terbaru sekolah berjudul Ulysses Moore, sudah ada 12 seri mungkin saat ini, namun sekolah hanya mendapatkan 7 seri gratis untuk dipinjamkan.

Dinilai dari bukunya, sepertinya hanya aku yang senang membaca dan meminjamnya. Masih baru, kertasnya wangi khas buku baru. Mungkin murid lain tidak terlalu menyukainya karena novel nya adalah novel terjemahan dengan jumlah halaman yang sangat tebal.

Aku berjalan ke lorong 3 bagian novel. Hari ini cukup sepi. Mungkin lebih banyak murid menghabiskan waktu di kantin atau di taman.

Tangan ku bergerak mencari novel tebal yang khas dengan cover yang tebal juga dan gambar-gambar klasik dan warna gelap.

Dapat.

Kutarik novel seri ke 5 itu dengan perlahan lalu sedikit memperhatikan covernya. Kulirik jam tangan ku. Masih ada 10 menit sebelum pelajaran terakhir dimulai. Sepertinya cukup untuk membaca beberapa bab.

Badanku secara otomatis duduk di rak dan mulai membaca. Aku mungkin terlalu menyukai novel ini sehingga tak sadar sudah lebih 4 menit seseorang duduk di dekatku. Tidak, disampingku. Mungkin berjarak 3 cm.

"Seru?" Tanya dia setelah aku menyadari keberadaanya. Ya. Dia.

Pelukan BulanWhere stories live. Discover now