Bab 5

53 2 0
                                    

Pagi ini seperti biasa dan seharusnya, aku berjalan menuju kelasku setelah memarkirkan motorku. Tas ku berat, penuh dengan buku tebal, alat tulis yang lengkap, pewarna, jaket, dan kertas manila bahan presentasiku nanti.

Sebenarnya, kelas kami terlalu bagus. Sangat menunjukkan diskriminasi dengan anak IPS. Kelas IPA adalah kelas terluas dengan fasilitas paling lengkap. Bahkan dari luar saja, tampak sangat berbeda dengan kelas lain. Kelas kami cukup elit, dengan bahan kaca dan tampilan samping menuju taman.

Tempat dudukku berada di baris tengah meja yang terakhir. Rekan semejaku, teman akrab ku, Cindy. Sepertinya dia terlambat, tas nya belum ada.

'Kebiasaan' pikirku. Cindy tinggal di rumah kepala sekolah karena berkerabat dekat, jarak rumahnya hanya 100 meter dengan sekolah, sehingga seringkali dia terlambat.

Yang orang katakan memang benar, semakin dekat dengan sekolah, semakin kita sepele dengan waktu.

Di depanku, Joy. Sedang bermain game. Walaupun membawa ponsel tidak diperbolehkan, namun, kelas ini selalu memiliki cara rahasia menyembunyikannya sekaligus saat anggota OSIS melakukan razia kelas.

Aku duduk termenung di mejaku. Aku cukup senang melamun. Hobby yang aneh memang.

"Bung, bawa sarapan ngak?" Tanya Joy tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponselnya.

Aku sedikit tersentak. Walaupun aku melamun, sekilas aku mendengar apa yang ditanyakan Joy. "Ngak, ntar Cindy bawaan. Tadi dia chat aku, katanya Istri kepala sekolah masak bubur pulut merah."

"Sip. Yok ke lapangan". Ajak Joy setelah memasukkan ponsel nya ke saku kanan nya.

------------

Bu Las dengan gaya khas nya meletakkan buku bawaannya ke meja guru dan langsung menuju salah satu kursi siswa.

"Silahkan maju urutan ke 7 hari ini."

Aku langsung maju membawa segala perlengkapan presentasiku ke depan. Memasangkan gambaran sederhana ku. Ya. Kami dibiasakan membuat bahan presentasi dengan menggambar langsung, bukan dengan powerpoint.

Tujuannya sangat jelas. Kami akan semakin memahami saat menggambar detail-detail kecil dan tentu saja akan membekas dalam ingatan kami.

Aku menjelaskan dengan baik presentasiku hari ini tentang organ dalam. Bisa dikatakan dalam hal presentasi atau berbicara dalam public, aku adalah yang terbaik di sekolah. Pemilihan Bahasa yang mudah dipahami orang lain, alur yang tepat, nada dan ekspresi yang sesuai.

Berbeda hal nya dengan urusan cinta. Aku selalu menghindari orang-orang yang terindikasi jatuh cinta atau ingin dekat dengan ku.

"Baiklah, sekian presentasi saya. Saya persilahkan teman-teman untuk bertanya."

Semua terdiam. Saat aku presentasi memang, jarang sekali ada yang bertanya karena perjelasan ku cukup jelas dan rinci.

"Izin bertanya."

Seluruh isi kelas menatap lelaki itu. Petrus...

Pelukan Bulanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن