Bab 16

22 1 0
                                    

Pada akhirnya, Bunga memutuskan tetap mengikuti bimbingan belajar GT. Keputusan ini tentu sudah beratus kali dipikirkan Bunga, bahkan beberapa kali berdiskusi dengan Ibu Anna.

Hari ini Bunga dan teman-teman akan mengikuti acara pembukaan resmi bimbingan belajar GT yang dihadiri oleh seluruh siswa-siswi bimbel GT, para donatur, kepala sekolah dari ketiga sekolah, beberapa guru perwakilan, serta beberapa orang tua perwakilan.

Pertemuan dilakukan di sekolah Manindo sekaligus sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai tempat bimbingan.

SMA Pangururan tentu harus berangkat bersama dengan bus yang sudah disediakan sekolah. Bunga naik bus dan mendapati hanya tersisa satu kursi kosong di belakang. Tentu Bunga akan duduk disitu tanpa memperdulikan siapa di kanan, kiri, atau di depannya.

"Tempat khusus dan terbaik untuk nyonya Bunga." Ucap Petrus dengan sedikit bangga.

Bunga menatap nya dengan biasa. Ia terbiasa dengan sikap Petrus yang sangat absurd. Kadang bertingkah konyol, bertingkah dewasa, bertingkah anak-anak, bahkan bertingkah gila.

"Ganteng-ganteng, sayang udah gila."

"Aku ganteng? Ya Tuhan. Untuk pertama kalinya seorang Bunga mengakui kegantengan Petrus Michael Ambarita." Ucap Petrus dengan gaya yang terbilang berlebihan, bahkan sampai berdiri.

Bunga bahkan tidak memperdulikan sedikitpun ucapan Petrus. Ia merogoh saku tas nya dan menemukan earphone dan segera memutar music kesukaannya.

Perlahan, Bunga mencari posisi terbaiknya untuk tidur. Perjalanan akan memakan waktu setidaknya 1 jam. Tentu saja harus dimanfaatkan untuk tidur siang bukan?

Baru saja Bunga mendapatkan posisi yang tepat, music yang tadinya mengalun ditelinganya kini hanya terdengar sebagian. Segera ia melotot ke arah kanannya, karena ia tahu benar itu perbuatan siapa.

Petrus tidak terusik sedikitpun. Ia malah ikut-ikutan menutup matanya dan berpura-pura tidur.

Tak mau melanjutkan perdebatan, Bunga menarik earphone yang sebelumnya sempat ditarik Petrus. Dan melanjutkan kembali tidurnya.

---

Bunga merasa terganggu karena bus yang ia naiki sudah berhenti. Reflek ia membuka mata dan segera melihat keluar jendela.

"Oh sudah sampai." Ucap Bunga pelan.

Bunga melirik sebelah kanannya dan melihat Petrus menatapnya dalam diam.

Kening Bunga mengerut. "Kenapa?"

"Bahu gue pegal woi. Nanya kenapa lagi!"

Bunga baru sadar bahwa sepanjang perjalanan ia sangat menikmati tidur. Tentu saja karena bahu Petrus yang terasa nyaman.

Bunga hanya bisa nyengir.

"Oke. Imut. Lunas" Petrus berjalan melewati Bunga keluar bus sambil mengusap kepala Bunga.

Nyaman.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pelukan BulanWhere stories live. Discover now