Bab 4

63 2 0
                                    

"Seru?" Tanya dia setelah aku menyadari keberadaanya. Ya. Dia.

"Eh?" Aku reflek berdiri sambil sedikit membersihkan rok ku yang terkena debu di lantai.

"Belum masuk. Santai."

"Apaan sih. Ngajak debat jangan disini. Ini perpus,aku duluan." Kataku beranjak pergi.

Dia bingung. Aku masih bisa mendengar dia bersungut, " Siapa yang ngajak debat? Aku kan Cuma nanya novel nya seru apa engga? Dasar aneh."

Aku melanjutkan langkah ku menuju kelasku. Lebih tepatnya kelas kami. Ya, aku dan dia sekelas.

Oh iya,hampir saja aku lupa. Dia yang kubicarakan, Namanya Petrus. Petrus Michael. Ya, ada kemiripan dalam nama kami. Dia cukup tampan, bahkan bisa dikatakan menjadi primadona pujaan para Wanita di sekolah ini. Dia termasuk dalam 10 besar peringkat kelas, sehingga menambah pesona nya.

Perlu kukatakan pada kalian, untuk 10 besar di kelas IPA, itu sudah sangat membanggakan, apalagi untuk ukuran seorang lelaki SMA. Aku sendiri berada di peringkat 2. Tapi aku tidak cantik, tidak putih, berkacamata, sehingga sering membuatku rendah diri meskipun berada di peringkat 2.

Bahkan, pembagian raport terakhir, saat semester satu lalu, aku tidak maju saat dipanggil ke depan. Aku tidak cukup percaya diri, apalagi ayah-ibuku tidak pernah hadir.

Saat ini semester kedua di kelas 2. Sebentar lagi kenaikan kelas. Dan mungkin akan ada pembagian ramble lagi. Bisa saja aku masih sekelas dengannya atau salah satu dari kami dipindahkan kelas IPA 1.

Di sekolah ini, kelas IPA hanya ada 2. Sedangkan kelas IPS ada 6. Itu bukan karena minat yang sedikit terhadap IPA. Tapi syarat nilai mata pelajaran untuk kelas IPA, banyak yang tidak memenuhi standar. Terumata nilai Fisika. Sehingga kelas IPA hanya dibuka 2 kelas dengan jumlah murid 40 untuk setiap kelasnya.

Aku berjalan ke parkiran motor. Karena jarak rumahku ke SMA ini cukup jauh, aku harus mengendarai sepeda motor. Ayahku sebenarnya memberikan mobil untukku, tapi aku beritahu saja bahwa aku mengendarai motor saja aku merasa berdosa, karena belum cukup umur memiliki SIM.

Kalian pasti bertanya-tanya, dengan Ayah ku yang hampir memberikan mobil padaku, mengapa aku tidak memperbaiki penampilan ku?

Tak banyak yang tau tentang keadaan keluargaku, ekonomi dan lain-lain karena aku cukup tertutup dengan hal-hal privasiku.

Pelukan Bulanजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें