Trigger Warning:
This chapter contains sensitive issues such as cursing, domestic violence, mentions of blood/wounds, and bullying.
Jadilah pembaca yang bijak.
≈≈≈
Allen sedang membawa bunga, berlutut di tengah lapangan menghadap gadis itu. Orang-orang yang melihat itu sudah heboh sendiri, terutama mereka—gadis-gadis yang menggilai Allen setengah mati.
"Maaf, Kak. Dela gak mau pacaran," jawab gadis itu lalu pergi begitu saja, meninggalkan Allen yang masih berlutut di tengah lapangan—tak percaya bahwa dirinya baru saja ditolak.
"Untunglah ditolak," kata Karin yang melihat itu dari lantai atas.
"Tapi keknya adkel itu gatel duluan ke Allen gak sih?" Winda memanasi situasi.
"Bener, pasti dia yang godain dulu!" timpal Nina. "Kita apain enaknya?"
"Kita pantau aja dulu. Nanti kalo udah parah tinggal kita labrak bareng-bareng," kata Karin.
"Gak keren ah, kalo main labrak!" kata Ella. "Mending kita terror dulu sampe depresi."
Karin tersenyum sinis. "Liat aja nanti ke depannya," katanya sambil melipat lengan.
Sementara itu Allen di tengah lapangan memegang bunga yang ia beli dengan erat, menahan emosinya. Ah, lebih tepatnya meremat buket bunga itu. Ini pertama kalinya ia ditolak oleh seseorang di depan publik, tapi ia tak menyerah.
"Dela udah deket sama cowok," kata temannya. Namanya Mahesa, ia tergabung di klub basket bersama pemuda itu.
"Siapa?" tanya Allen.
"Tuh!" Mahesa melirik Juna. Ia sedang berjalan keluar dari kantin, sembari menyedot sekotak susu rasa coklat.
Pemuda itu mendecih. "The fuck? Dela suka sama cowok modelan gitu?" tanyanya meremehkan.
Allen menghela napasnya, lalu membuang buket bunga yang ia beli tadi pagi itu dengan sembarangan. Allen berjalan menuju pemuda itu, menghadang jalannya.
"Nama lo Juna, kan?" tanya pemuda itu. "Adeknya si Artha?"
Juna tampak terkejut ketika Allen tiba-tiba saja ada di depannya. "I-iya, Kak," katanya.
Allen tersenyum miring. "Kenapa coba anak modelan lo bisa masuk ke sini," katanya.
Juna terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut di Utara: The Northern Sea
Teen Fiction[Telah Dibukukan] Karena laut di utara tak pernah damai, meski tak pernah terdengar kabarnya. Tetapi ini bukan cerita tentang laut. Ini cerita tentang hati manusia, tentang apa-apa yang terjadi ketika suatu kesalahan telah diperbuat. Ini tentang ap...