12: Sebenarnya Ada Apa?

137 22 23
                                    


























Trigger Warning:

This chapter contains sensitive content such as cursing, domestic violence, mentions of bloods, bloody imagery, street accident, depression, and death.

Jadilah pembaca yang bijak.


























Jadilah pembaca yang bijak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈

Langit sore yang biasanya jingga tampak mendung saat Joice pulang dengan perasaan bercampur aduk saat itu. Dari luar taksi yang ia tumpangi terdengar gemuruh petir dan awan-awan gelap.

Gadis itu berusaha untuk tidak memikirkan pertanyaan Allen, dan ingin masa bodoh saja. Namun nyatanya hal itu tak semudah melupakan perdebatannya dengan sang ayah dua hari lalu.

"Lo anak haram?"

Suara pemuda itu terus berkeliaran di kepalanya.

"Mbak, sudah sampai," kata bapak tua sopir taksi itu.

Joice pun tersadar dari lamunannya. Ia segera membayar taksinya, lalu turun dengan hati yang berdetak kencang akibat shock berat.

Ia membuka pagar rumah kosong itu dengan tergesa-gesa sampai lupa untuk menggemboknya. Lalu Joice membuka pintu secara kasar, membuat anjing kecilnya terkejut—sampai hampir mengira Joice penyusup.

Gadis itu langsung masuk ke kamar kedua orang tuanya dan membuka lemari tempat ia mengambil KK itu kemarin. Kini ia memeriksa map biru yang sempat diabaikannya dua hari lalu.

Mata gadis itu membulat.

Itu adalah kartu keluarga yang baru. Ada namanya, nama ibunya, dan nama ayahnya. Berarti, KK yang Joice bawa tadi memang KK lama, sebelum ayahnya menikah dengan ibunya.

Joice menautkan alisnya bingung.

Jadi aku sama Kak Aksa beda ibu? tanyanya dalam hati.

Kemudian maniknya menangkap hal lain. Di dalam lemari itu, tepat di sebelah map biru itu disimpan, ada dua album foto keluarga.

Joice dengan jiwa penasarannya langsung membuka salah satunya. Namun apa yang ia lihat hanya mendukung pikiran negatifnya.

"Pernikahan?" Joice membaca tulisan kecil di bawah foto yang ia lihat.

Ia yakin betul pria di foto itu adalah ayahnya, tapi bukan ibunya yang bersanding dengan beliau di pelaminan. Anehnya lagi, tanggal di foto itu tertulis tahun 1994, satu tahun sebelum kakaknya lahir.

Pikiran dan hati Joice mulai tak karuan. Tenggorokannya mulai sakit, matanya memanas, dan kepalanya pening.

Dengan pertanyaan yang semakin menunmpuk di benaknya, Joice membuka satu demi satu halaman album itu. Tidak ada fotonya sama sekali, hanya ada kakaknya waktu masih kecil.

Laut di Utara: The Northern SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang