09: Bagaimana Ia Pergi

142 26 21
                                    
































Trigger Warning:

This chapter contains sensitive content such as cursing, domestic violence, and depression.

Jadilah pembaca yang bijak.























Jadilah pembaca yang bijak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈

"Happy birthday!!!" ucap mereka bersamaan ketika lampu ruangan itu tiba-tiba dinyalakan.

Joice membulatkan matanya terkejut. Di ruangan itu ada Arsel, Keanu, Biru, Juna, dan Dela.

"Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you!" nyanyi mereka bersamaan.

"Jo, make a wish!" kata Arsel sembari menyalakan lilin.

"Eh, ini apaan sih?" tanya Joice heran, sungkan, bercampur senang. "Jadi ngerepotin aja."

"Gak usah sok sungkan. Udah dibikinin surprise, masa gak seneng?" balas Arsel.

"Iya. Makasih banyak buat kalian semua!" kata Joice.

"Cepetan, make a wish!" ucap Arsel lagi.

Joice langsung menangkupkan kedua tangan dan memejamkan matanya, membuat harapan dalam doanya yang hanya ia sendiri yang tahu, kemudian meniup lilin-lilin itu dalam sekali hembus.

"Yee!" ucap Arsel, lalu memberikan kue itu ke Joice. "Pegang dulu, aku mau ambil kadonya!"

"Eh? Kado apa lagi?"

Arsel kembali dengan sebuah kado berukuran cukup besar. "Nih!" katanya.

"Apaan lagi sih ini?" ucap Joice heran. "Jangan-jangan tadi Artha ngajak keluar juga akal-akalan kalian, ya?"

"Bukan, itu inisiatif Artha sendiri!" jawab Arsel sembari memberikan kado itu. "Nih, cepetan buka!"

Joice segera meletakkan cake yang Arsel berikan padanya tadi, lalu membuka kado itu perlahan-lahan. Dari bentuknya itu terlihat seperti sebuah alat musik, tetapi Joice masih tidak yakin karena benda itu cukup mahal. Mana mungkin temannya membelikannya musik itu?

"Artha told me that you looked at that violin at the store that day," kata Arsel.

Joice menatap benda itu tak percaya. "Ini beneran?" tanyanya sembari menatap semua yang ada di ruangan itu.

Biola putih yang cantik, dengan aksen ukiran bunga itu... sekarang benar-benar miliknya?

"Makasih banyak!" katanya pada Arsel.

Laut di Utara: The Northern SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang