29: Yang Terjadi Setelahnya

50 10 0
                                    


































Trigger Warning:

This chapter containes sensitive issues such as cursing and violence.

Jadilah pembaca yang bijak.




































≈≈≈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈

"It's so fucked up," ucap Allen sembari memainkan bola basket di ranjangnya. Rasanya agak aneh bagi pemuda itu untuk tetap tinggal seatap dengan kedua orang tuanya, yang pada dasarnya telah ia khianati setelah menyetujui rencana Joice beberapa waktu lalu. Ia masih bimbang.

Terkadang ia menyesal karena telah melakukan tes itu, namun di sisi lain ia juga merasa bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Apalagi setelah ia bertemu dengan keluarga Biru, di hari yang sama dengan saat ia menemui Joice di rumah Arsel.

"Ada urusan apa kamu di rumah saya?" tanya ibunya Arsel waktu itu.

Allen tak tahu harus menjawab apa kala itu. Ia hanya diam, sementara jantungnya berdetak seperti orang yang habis lari marathon. Entah itu rasa bersalah atau rasa takut, yang jelas perasaan itu membuat dirinya mematung di depan orang tua Arsel.

"He's trying to fix the fucked up things he did," sela Arsel.

"Language!" tegur ibunya. "Apa rencananya?"

Hal berikutnya yang ia tahu, ia dibawa oleh orang-orang di rumah itu menemui Biru. Melihatnya untuk pertama kali setelah kelulusannya tahun lalu adalah hal biasa, namun melihatnya setelah mengetahui bahwa ada kemungkinan bahwa pemuda itu adalah kakak sepupunya membuat Allen merasa aneh.

"Udah, minta maaf sana!" ucap Arsel setelah sampai di rumah itu.

"Sel, don't be too harsh," kata Joice.

Mereka didudukkan berhadapan di ruang tamu. Mereka semua. Allen, Biru, Artha, Keanu, Joice, Arsel, Ibu, dan kedua orang tua Arsel. Itu membuat Allen benar-benar gugup, dan dadanya terasa begitu sesak.

Ia menghela napasnya sebelum berbicara. "Saya-"

"Saya tau kamu tidak membunuh anak saya. Tapi kamu membuat hidupnya sengsara," sela Ibu.

Allen kembali menutup mulutnya.

"Kamu tau itu, 'kan?"

Pemuda itu mengangguk. "Saya meminta maaf atas itu."

Wanita itu menghela napasnya dengan mata berkaca-kaca. "Baik. Kalau Juna bisa memaafkan kamu, kami juga bisa," ucap beliau dengan suara bergetar.

Biru menenangkan wanita itu dengan merangkul bahunya, sementara Artha dan Keanu hanya bisa melipat lengan.

Laut di Utara: The Northern SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang