1. Daplun dan Gembluk

18.3K 2.8K 389
                                    

Mau titip pesen apa sebelum baca?

Kalo saya sih mengajak ayo ramaikan karena ini baru bab 1 haha

🐳🐳

"Pacar lo lagi sibuk nggak, Nin?"

Gagah bertanya saat lihat adiknya menuruni tangga.

"Nggak tau."

Gagah berdecak. Ia meraih jaketnya di sofa lalu memakainya. Ditatapnya Anin yang menyalakan televisi sambil ngemil. "Ck. Ditanya gitu aja nggak tau lo."

Anin berselonjor di sofa dengan santai. "Tadi siang bilang lagi ngurus renovasi tokonya, Bang. Belum online lagi orangnya. Masih sibuk mungkin. Kenapa emang?"

"Gue mau ke tokonya."

"Beli ikan lagi?"

"Beli obat ikan."

"Kenapa ikan lo? Mabok?"

"Kutilan."

"Astaga." Anin melempar kulit kacang ke arah Gagah. "Kemarin dikeroyok ikan kampung sebelah, sekarang kutilan, besok apa lagi hah?"

Gagah membersihkan lengan jaketnya yang sedikit kotor karena lemparan Anin.

"Makanya punya peliharaan tuh dibersihin, Bang."

"Lo kan tau gimana rajinnya gue bersihin akuarium, Nin." Gagah tidak terima difitnah. "Soalnya gue ngerti kalo ada noda dikit aja lo ngomelnya sampai ikan-ikan ikut tutup kuping!"

Anin mendengus sebal. Walau memang benar yang Gagah ucapkan. Ia juga tahu akuarium punya Gagah itu bersih. Perawatannya maksimal. Soalnya Gagah jomlo jadi telaten rawat ikan.

"Nggak tau kenapa infeksi tu cupang sampai kutilan. Nggak cocok liurnya kali," kata Gagah santai.

Anin langsung mendelik, tapi tidak mampu berkata-kata lagi. "Sana pergi aja lo, Bang. Pusing gue."

"Lemah lo, Nin. Skripsi baru sampe bab dua udah pusing. Gue nih bisa ngerjain skripsi sambil ngelonin ikan."

"Pergi sana, Bang!" teriak Anin dengan gemas sekaligus kesal.

"Makanya gue tanya pacar lo sibuk nggak?"

"Mau dia sibuk atau nggak, kalo lo telepon pasti dia gercep. Sana coba aja. Gue aja heran dia lebih prioritasin chat lo daripada gue."

Gagah tertawa. "Lo cemburu? Lo mau tau sesuatu?"

"Apaan?" Anin mengernyit.

"Alkisah, di suatu malam, gue sama pacar lo ngen—"

"Nggak usah dilanjut!" Anin tutup kuping, merinding dengar kelanjutan yang sudah ada di benaknya.

"Lo mikir apa?" Gagah menjitak kepala Anin dengan pelan. "Di suatu malam gue sama pacar lo ngendarain mobil."

Anin menangkis tangan Gagah dengan sebal.

"Gue pergi dulu," pamit Gagah akhirnya.

"Hati-hati."

Gagah tertawa. Anin memang selalu begitu. Walau sebal bagaimanapun, pasti kalau ada orang pamitan tidak pernah dicuekin. "Iya, gue pasti hati-hati demi ikan. Kasihan mereka masih butuh majikan yang tampan dan rupawan."

Gagah terkekeh dengar suara Anin yang pura-pura muntah dengan ucapannya. Ia akhirnya sampai di garasi dan melihat dua pilihan sulit. Daplun si mobil bergengsi atau gembluk si motor kesayangan dan perjuangan.

Fishing YouWhere stories live. Discover now