6. Bilang Apa?

10.2K 2.1K 223
                                    

Malam dari Pak Dandi xixixixi.

🐳🐳

"Celana aman, Bang?"

Bisikan itu membuat Gagah menoleh ke adiknya selepas menutup pintu mobil. "Apa?"

"Gue kira ngompol lihat yang cakep." Anin nyengir.

"Emangnya gue bocil!" Gagah merebut minuman dari tangan Anin dan melahapnya sampai tandas.

"Eh, minuman gue, Bang." Anin memukul lengan kakaknya dengan kesal. Ia bahkan baru minum satu teguk.

"Ntar gue ganti, mampir minimarket. Repot amat."

"Enak ngomongnya lo. Ganti sama mobil!"

Gagah menatap adiknya ngeri. "Gila lo ya? Minuman harga ceban doang minta ganti mobil."

Anin memberengut kesal. Ia mengambil minuman lain di jok belakang. "Haus kan lo, Bang? Gara-gara lihat Kak Sava?"

"Males amat lihatin dia. Serem."

"Mana ada serem. Gue sempet ngobrol, orangnya asyik tau."

"Asyik versi lo kan aneh-aneh, Nin," cibir Gagah. "Ada patung diem aja lo bilang asyik."

"Daripada asyik versi lo, Bang. Yang sisikan."

Gagah tertawa. "Ikan-ikan emang asyik. Yang suka ikan lebih asyik. Bisa ngobrol sepanjang hidup sambil lihatin ikan beranak."

"Ikan beranak?!"

"Ikan bisa punya anak nggak? Kalo bisa artinya beranak."

Terserah Gagah saja. Anin capek. Ia memilih meneguk minuman. Mobil berjalan setelah itu dengan Dandi yang menyetir. "Pa, aman?"

Dandi tertawa mendengarnya. "Kenapa nggak aman, Nak?"

"Papa pernah nabrak pesta nikahan orang. Inget?"

Tawa Sari terdengar dari arah depan. "Itu mantan Papa yang nikah mungkin, Nin."

"Papa pendendam ternyata." Anin berdecak.

"Kayaknya bukan pendendam," seru Gagah. Ia mendekatkan diri ke arah depan. "Papa tuh silau karena dahinya sendiri. Mantul itu cahaya mataharinya. Jadi nggak keliatan jalanan di depan. Bahaya, Pa. Gagah aja yang nyetir."

"Udah, Papa aja," tolak Dandi. "Nggak sampai belok ke nikahan orang lagi. Tenang."

"Papa tuh kalo lagi bawa anaknya, kendarain mobil asal tau, Ma," lapor Anin. "Sen kiri belok kanan, sen kanan belok kiri. Padahal itu kan kerjaannya ibu-ibu. Bapak-bapak nggak boleh salah sen."

"Papa nggak begitu, Anin." Dandi tertawa mendengarnya. "Ini kan Papa bawa mobil pelan-pelan."

"Iya kalo nggak ada Mama udah berasa Rio Haryanto si pembalap formula 1. Nyetirnya sampe rodanya pindah ke atas."

Gagah ngakak mendengarnya. Ia menepuk pipi adiknya dengan gemas. "Adik siapa sih lo? Kalo ngomong suka bener."

"Bukan adik lo yang pasti." Anin kembali menyandarkan tubuhnya di jok mobil.

"Om Aji asyik kan Gah orangnya?" tanya Dandi lagi.

"Kalo aku jawab nggak asyik juga Papa tetep bela anggota portugal daripada anak sendiri."

"Om Aji itu ketua 2, Gah. Ketua satunya Papa."

"Astaga," keluh Anin dan Gagah bersamaan. "Padahal mau aku bubarin, Pa," sambung Gagah.

"Jangan. Kalian harus bangga jadi anak dari anggota perkumpulan orang tua gaul. Kemarin lagi bentuk semboyan."

"Semboyan katanya, Bang." Anin terkekeh.

Fishing YouWhere stories live. Discover now