26. Percaya?

9.7K 1.7K 271
                                    

Maaf ya dua hari nggak update😭

🐳🐳

"Astaga ... Gah."

Sava meracau tidak karuan. Napasnya sudah memburu hebat. Sayangnya itu tak menghentikan gerakan Gagah yang terus mengimpitnya dengan tembok tepat di belakang Sava. Makin Sava eratkan lilitan kakinya di pinggang Gagah, makin kuat Gagah mengentaknya keras seolah tidak mau terjeda sedetik pun.

Sekejap Sava mendongak dan memejamkan mata, lalu tatapnya terarah ke Gagah yang kepalanya terbenam di dada, memberi kecupan ringan di sekitarnya. Tidak tahan lagi, Sava menarik kepala Gagah dan menyatukan bibir mereka.

Sava akui baru pertama kali merasa sebegini candunya dengan sebuah ciuman. Ia menuntut lebih lagi pada bibir Gagah karena tiap gerakannya tidak pernah gagal membuat sekujur tubuhnya terasa lebih hidup.

"Sava ...."

Dengan itu keduanya mendesah panjang, menikmati inci demi inci tubuh mereka yang terasa melebur bersamaan. Sava mengeratkan pelukannya di leher kokoh Gagah, merasai aroma yang terhirup dari sana. Selalu membuatnya tenang meski napasnya kini sedikit lebih memburu dari biasanya.

Keduanya terdiam beberapa saat, menikmati momen seusai percintaan mereka. Gagah bergerak lebih dulu. ia merasakan kepala Sava terbenam di lehernya, jadi ia menoleh sedikit untuk mengecup kepala Sava.

"Capek juga ya sambil berdiri," gumam Gagah.

Sava tertawa. Tawanya mengalun pelan dan bagi Gagah itu bukan hal biasa. Sava terdengar puas dan bahagia. "Salah kamu. Aku baru keluar dari kamar mandi udah ditodong aja."

"Ditodong?" tanya Gagah bingung.

Masih membenamkan kepala di leher Gagah, Sava mengangguk. "Ditodong itu yang bawah."

Gagah tertawa mendengar itu. "Kamu juga suka ditodong."

Sava memukul pelan punggung Gagah. "Lepas dulu, Gah."

"Nggak mau. Enak gini."

Sontak Sava menjauhkan kepala dan mengernyit menatap Gagah. "Terus kamu nggak masuk kerja?"

"Masuk kamu aja."

"Gagah," geram Sava sebal. Ia menggerakkan kakinya, menandakan ingin turun, tapi justru Gagah mengentaknya kuat hingga ia terkejut hebat. "Shit."

Gagah melongo. Apa Sava benar habis mengumpat tadi?

Tersadar kemudian, wajah Sava memerah dengan napas yang makin memburu. Gerakan Gagah yang mengentak tubuhnya tadi menciptakan gelenyar baru lagi. Sesuatu yang ingin ia mulai padahal baru saja usai.

"Maaf," lirih Sava sambil menggigit bibir bawahnya. Menahan suaranya agar tetap tenang, karena kini Gagah justru makin menekannya kuat di sana.

"Nggak apa-apa, manusiawi," jawab Gagah sambil mengecupi sekitar rahang Sava. "Pengin lagi?" tebaknya merasakan tubuh Sava yang sudah amat ia hafal reaksinya.

"Boleh?" tanya Sava ragu.

Gagah menurutkan kecupannya ke bahu telanjang Sava dan berbisik di sana. "Nggak apa-apa walaupun pagi ini udah dua kali."

"Biasanya kita juga lebih dari dua kali."

Mendengar itu membuat Gagah menahan senyumnya. Ia membawa serta tubuh Sava dalam pelukan, sembari berjalan ke arah tempat tidur. Tubuh mereka masih melekat erat dan Gagah memulai lagi.

"Tapi nanti kamu telat masuk kantor." Sava menahan bibir Gagah yang hampir mencumbunya.

Gagah menggeleng, tidak mengatakan apa-apa. Langsung saja ia meraih bibir Sava untuk disesap. Kali ini tidak pelan-pelan karena ia tahu Sava juga tidak mau ia menunda. Gerakannya makin liar dan tidak butuh waktu lama, ia rasakan Sava kembali tergelepar.

Fishing YouWhere stories live. Discover now