24. Merasa Cukup

9K 1.7K 383
                                    

Maaf lamaaaa😭😭

🐳🐳

Belum lupa bukan berarti masih cinta.

Belum lepas bukan berarti ia masih mau bersama.

Detik pertama saat Sava memberanikan diri mengakhiri hubungan artinya ia sudah tidak punya cukup rasa nyaman dan keyakinan untuk bersama ke depannya. Tapi percuma, yang tahu semua rasa itu hanya dirinya. Ia tahu usahanya untuk lupa secepat mungkin tidak ada gunanya saat mendengar Jev menghubungi dan mengajak bertemu saja ia sanggupi, walau alasannya hanya ia dan Jev yang tahu.

Padahal, Sava sudah melakukan sebagian kecil usaha untuk menjauh dari Jev. Memberanikan diri memutuskan hubungan baginya adalah langkah besar. Tidak cukup sampai situ, ternyata melupakan kenangan mereka jauh lebih sulit daripada mengucapkan kata pisah.

Barang kenangan bersama Jev sudah sangat banyak yang ia buang sejak perpisahan mereka. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, jadi bisa dibayangkan berapa yang sudah Sava singkirkan di hidupnya beberapa bulan lalu.

Namun tetap saja, Sava masih mau menyelamatkan perasaannya. Berpisah dari Jev sudah membuat sebagian hatinya yang terisi selama 10 tahun jadi kosong. Maka dari itu ia sisakan beberapa foto terbaik mereka untuk sedikit mengisi hatinya. Lalu pelan-pelan ia akan mengikhlaskan.

Sava bahkan sudah membuang baju-baju yang Jev pernah katakan suka saat Sava memakainya. Hanya dengan kalimat itu membuat Sava membuang banyak pakaian. Tidak ada yang tahu juga perihal album foto yang Sava bakar beberapa hari lalu, tepat setelah Gagah berpamitan pergi ke luar kota.

Langkah itu jadi usaha terakhir Sava, dan ia merasa sangat lega karena tidak ada satu pun barang kenangan dengan masa lalu yang ada di hidupnya bersama Gagah sekarang. Ia juga sempat tersenyum bangga pada pencapaian dirinya yang sanggup mengenyahkan bagian dari dirinya sepuluh tahun belakangan.

Tapi tetap saja, di malam-malam seperti ini pikirannya dipenuhi banyak hal. Bahkan sampai sekarang, di ruang-ruang kosong hatinya terkadang kenangan itu kerap muncul. Ia sudah terbiasa menghadapinya cukup dengan menghela napas perlahan dan menyadari bahwa hidupnya yang sekarang jauh lebih baik.

Ada Gagah di sampingnya yang setiap saat membuat hatinya merasa nyaman dan dilindungi. Sava selalu merasa aman tiap berdekatan dengan Gagah. Ia tidak bohong saat mengatakan kangen, karena hatinya tidak tahan untuk tidak mengatakannya.

Berjauhan dengan Gagah membuatnya cemas luar biasa. Sangat berbeda dengan hubungan sebelum ini. Dulu, Sava justru lebih suka perlakuan Jev saat mereka menjalani hubungan jarak jauh, lelaki itu selalu mengucapkan kalimat hangat selayaknya pasangan. Namun jika berdekatan, justru Sava merasa selalu terintimidasi. Semua yang ia lakukan dinilai salah, belum lagi perlakuan kasar yang ditimpakan padanya tiap mood Jev berubah jadi buruk tanpa ia tahu penyebabnya.

Kini Sava menghela napasnya cukup berat. Ia membalikkan tubuh menghadap kanan dan melihat Gagah tepat di sampingnya. Wajah itu terlihat tenang seperti biasanya. Tapi kemarahan Gagah dua hari lalu masih membekas dan membuatnya cukup takut.

Gagah bilang ia tertawa-tawa dengan lelaki lain. Sava menyadari bahwa gurauan Jev masih sama seperti dulu dan ia seolah terbawa. Lelaki itu mengenal dengan baik setiap sudut perasaannya, sayangnya menggunakan itu untuk menguasai. Dan Sava masih berusaha lepas akan itu.

Sava sudah sering dibentak, diteriaki dengan kata kasar, bahkan dipermalukan di depan umum. Dengan Jev ia sudah terbiasa, mungkin hatinya telah mati rasa tentang itu. Ternyata tidak. Mendapati Gagah marah tetap membuatnya tidak baik-baik saja.

Sava tahu dirinya salah. Ia telah menghubungi Gagah berkali-kali pagi itu untuk meminta izin, tapi tidak ada jawaban dari Gagah. Mungkin suaminya terlalu lelah di Bandung, ia berpikir begitu, tidak menyangka bahwa Gagah sedang dalam perjalanan pulang saat itu.

Fishing YouWhere stories live. Discover now