21. Judul?

9K 1.7K 405
                                    

Judul?

🐳🐳

"Belum berangkat?"

Gagah mengangkat pandangannya dari laptop di pangkuan dan melihat Sava keluar dari kamar mandi. "Belum. Sini dulu, Sav."

Sava nurut dan ia berjalan ke arah tempat tidur. Ia duduk di tepinya dan segera bersandar di dada Gagah saat lelaki itu membuka lengan untuknya. "Aku kira kerjaan."

"Bukan." Gagah mengulurkan tangan mengurung tubuh Sava dalam pelukannya sebelum menggeser kursor di laptop. "Destinasi wisatanya bagus-bagus banget. Mau ke mana?"

Sava ikut memperhatikan satu-satu foto yang Gagah tunjukkan. Mereka memang berencana berlibur sebentar beberapa hari saja karena waktu untuk bulan madu belum terealisasi. "Kamu beneran bisa cuti lagi?"

Gagah mengangguk. "Bulan ini udah mau abis, bisa ambil cuti bulan depan. Cuma tiga hari nggak apa-apa. Kita belum pernah jalan-jalan jauh kan?"

"Iya." Sava balas memeluk tubuh Gagah dari samping. "Aku bisa kosongin jadwal kalau cuti kamu udah di-acc ya."

Gagah tersenyum. Ia mengecup kepala Sava. Ia rasakan Sava makin mengeratkan pelukan dan menempelkan pipi di dadanya yang telanjang. "Kenapa suka banget kayak gini?" tanyanya.

Sava mendongak. "Suka aja." Tangannya bergerak menyentuh bagian dada sampai lengan Gagah. Ototnya terbentuk tapi tidak berlebihan. Ia suka kehangatan dari kulit Gagah saat ia menyandarkan pipi di dadanya. Belum lagi lengan kokoh lelaki itu yang kerap memeluknya selalu memberikan rasa aman. "Badan kamu bagus," bisiknya.

Gagah menunduk, lalu menyatukan kening dengan Sava. "Kamu apa nggak sadar body kamu juga bagus?" Tangannya merayap ke bagian pinggang dan menyusup ke balik kaus. Ia meremas pinggang Sava pelan. "Tiap lihat kamu bawaannya pengin terus."

"Horny-an banget kamu."

"Emang." Gagah tidak mengelak. "Kamu juga suka kan?"

"Iya, suka." Sava naik ke pangkuan Gagah dan memeluk lehernya.

Gagah menyingkirkan laptop di pangkuan sebelum menempatkan tangannya ke pinggang Sava untuk memeluknya lebih erat. "Makanya sering double squirt?"

Sava mengangguk lagi di leher Gagah. "Enak soalnya."

"Ya ampun, Sav." Gagah masih kaget sama ucapan-ucapan Sava yang tiba-tiba begitu. "Aku sehebat itu emang?"

Sava tidak pikir panjang langsung mengangguk lagi. "Belajar dari mana?"

"Nggak dari mana-mana. Sekali praktik sama yang cocok ya jadi gitu. Nggak protes lagi kan kalo Papa kamu panggil aku si galin alias gagah lincah."

Sava terkekeh pelan. Ia memberi kecupan ringan di bahu Gagah. Ia juga suka bagian itu. Lalu kecupannya makin naik dan sampai di leher. Ia menyesap kulit leher Gagah hingga yakin ciumannya mampu meninggalkan bekas sama seperti saat malam pertama. Bedanya saat itu ia tidak sengaja dan tidak tahu akan berbekas. Sekarang ia sengajakan.

"Biar apa kayak gitu, Sav?" Gagah tertawa pelan. Walau begitu ia memiringkan kepala dan membiarkan Sava menciumnya di bagian leher yang lain. Ia terpejam menikmati. Didominasi Sava seperti ini rasanya mengasyikkan karena Sava tidak pernah sekalipun menggodanya lebih dulu sebelumnya.

"Biar ada bekasnya."

"Terus kalo udah ada bekasnya, biar apa?" kejar Gagah. Ia sungguh ingin tahu.

"Ini hari pertama kamu masuk kantor."

Gagah mengerang pelan. Pelukannya pada pinggang Sava mengerat saat merasakan Sava makin liar mencumbu lehernya. "Terus kenapa?"

"Biar pada tau kamu udah nikah."

Fishing YouWhere stories live. Discover now