05. Larangan Alvan

1.1K 138 34
                                    

Hi, aku update

Ada yang udah nungguin nggak?








04. Larangan Alvan

Laki-laki dengan memakai jaket denim itu menatap tajam kepada segerombolan orang yang menaiki motor masing-masing dengan buru-buru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laki-laki dengan memakai jaket denim itu menatap tajam kepada segerombolan orang yang menaiki motor masing-masing dengan buru-buru. Napas laki-laki itu terdengar tak beraturan karena baru saja melakukan adu jotos dengan orang-orang itu. Di sekitarnya juga ada anggota inti Cyclops yang datang membantu dirinya untuk menyelamatkan sang istri.

"Alvan!"

Sang pemilik nama menundukkan kepalanya ketika suara lirih memanggil namanya. Ia menatap Ririn yang berada di dalam dekapannya dengan mata tajam menghunus. Ia kesal kepada istrinya yang tidak menuruti ucapannya, masih untung kedua geng tadi bukan Aergia.

"Ayo, pulang!"

Ririn hanya bisa menuruti setiap ucapan suaminya, melihat tatapan tajam Alvan membuat nyalinya menciut. Bahkan, ia membiarkan Alvan memasangkan helm di kepalanya.

Sementara itu, anggota inti Cyclops hanya bisa menatap sepasang suami istri itu dalam diam.

Ozzie berdecak. "Nggak tahu diri banget punya ketua, udah dibantuin bukannya bilang makasih malah nyelonong pergi."

"Udahlah, sekarang kita balik. Obati juga luka lo, Delio," ucap Nathaniel seraya menatap luka sayatan yang lumayan besar di lengan Delio.

"Sini, lo gue bonceng," lanjut Nathaniel.

"Nggak usah, gue bisa sendiri."

Ketiganya pun menaiki motor masing-masing, melajukannya dengan kecepatan sedang menuju ke markas utama Cyclops.


~•>•~

Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu menatap sekelilingnya dengan heran. Ke mana Alvan membawanya? Laki-laki itu menghentikan motornya di apartemen.

"Ki-kita mau ke mana?" tanyanya dengan gugup sembari mengikuti langkah suaminya dari belakang.

Alvan tak menjawab pertanyaan istrinya, ia terus berjalan sampai akhirnya berhenti di salah satu pintu apartemen. Laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu dari saku celananya, lalu menempelkannya di gagang pintu yang terdapat sebuah layar kecil dan juga tombol angka.

"Masuk!" titahnya kepada Ririn dan gadis itu pun masuk sesuai perkataan suaminya.

Ririn akan menurut kali ini kepada Alvan karena sepertinya mood laki-laki itu sedang buruk.

Gadis berambut sebahu itu berdecak kagum melihat seisi apartemen yang begitu luas. Ruang tamu yang dilengkapi dengan televisi besar, di samping ruang tamu ada dapur serta meja makan. Kemudian, dua pintu yang Ririn yakini itu adalah kamar. Didekat dapur juga ada satu pintu, mungkin itu adalah kamar mandi.

[iii] [END] MAS SUAMIWhere stories live. Discover now