24. Mafia

557 79 2
                                    

Hi, aku update

Yuk, ajak teman-teman buat baca cerita ini. Kasih semangat buat aku dong, keadaan aku lagi nggak baik-baik aja:(

Sepi banget nggak ada yang komen:(

Sepi banget nggak ada yang komen:(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis berambut sebahu itu mencebik kesal setelah membaca secarik kertas yang ada di atas nakas dekat ranjangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis berambut sebahu itu mencebik kesal setelah membaca secarik kertas yang ada di atas nakas dekat ranjangnya. Semalam Alvan pergi meninggalkan dirinya dalam keadaan sakit. Setega itu? Apa yang jauh lebih penting dari pada istri yang sedang sakit?

"Ngeselin banget, sih! Istri lagi sakit malah pergi keluyuran, emangnya masalah apa? Sepenting itu?" Ririn tentu saja kesal. Jika saja keadaannya tidak demam seperti ini mungkin itu jauh lebih baik, masalahnya ia lagi sakit. Maunya dimanja.

Ririn yang hendak pergi ke kamar mandi merasakan kepalanya begitu berat, padahal tadi malam tidak sepusing ini. "Aduh, pusing banget."

Dengan sekuat tenaga gadis itu berjalan ke arah kamar mandi, setelah selesai dengan urusan, Ririn lanjut ke dapur. Ia lapar, pengin makan bubur tapi tidak ada tenaga untuk memasaknya. Apakah ia suruh ibunya ke sana saja?

"Ya, udah deh. Suruh ibu ke sini aja, nggak kuat apa-apa kalau harus sendiri." Ririn mengambil ponselnya, laku menghubungi ibunya yang bernama Laras untuk segera ke apartemennya.

~•>•~

10 jam yang lalu

Pintu bekas penyimpanan mesin-mesin mobil itu terbuka dengan kasar oleh Delio. Ia langsung disambut dengan lima laki-laki bertubuh kekar yang menodongkan pisau ke arahnya. Akan tetapi, ia melawan mereka tanpa ampun meski rada kesulitan karena melawan sendiri. Sementara anggota inti Cyclops, Alvan, Samuel, dan Nathaniel masih berada diluar.

"Akh!" Delio meringis kala punggungnya menabrak tembok dengan kasar, begitu pula dengan lengannya yang tergores pisau itu.

Satu laki-laki melangkah mendekatinya dengan senyuman miring, mengacungkan pisau yang ia pegang, siap menancapkannya kepada dada laki-laki remaja itu. Sedangkan Delio sendiri tidak bisa apa-apa, punggungnya terasa ngilu dan juga kakinya terkilir.

[iii] [END] MAS SUAMIWhere stories live. Discover now