20. Kejujuran

889 83 4
                                    

Hi, aku update

Sehat-sehat kan kalian semua

Alvan yang sudah memakai kembali kaosnya menatap Ririn dengan nyalang juga tangan yang bersidekap dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alvan yang sudah memakai kembali kaosnya menatap Ririn dengan nyalang juga tangan yang bersidekap dada. Istrinya juga sudah mandi, bersih-bersih dan memakai pakaian yang lengkap.

"Jelasin kenapa lo bisa ada di club sama Samuel? Kenapa lo juga nggak minta izin dulu sama gue? Apa pantes lo keluar sana cowok lain tanpa sepengetahuan gue dan itu ke club? Jawab!"

Ririn semakin menundukkan kepalanya ketika Alvan membentaknya. Sungguh, semalam ketika bersama Samuel ia mengkhawatirkan akan hal ini. Ia juga sadar diri kalau ia memang bersalah di sini.

"Maaf," cicitnya.

Mengusap wajahnya kasar, kemudian menghela nafasnya. Tatapan Alvan berubah melembut, ia memegangi kedua bahu istrinya. "Gue nggak mempermasalahkan lo mau main sama siapa selagi itu hal positif, tapi lo harus minta izin dulu sama gue dan kasih tahu lo mainnya ke mana."

"Kalau aja semalam Nathaniel nggak lihat lo di club apa yang akan terjadi sama lo? Mungkin sekarang gue yang paling kecewa kalau hal itu sampai terjadi sama lo semalam," sambungnya.

Ririn mendongak, menatap suaminya itu dengan mata berkaca-kaca. "Maaf, Alvan. Gue bener-bener minta maaf, gue nggak akan kayak gitu lagi."

Alvan mengangguk, ia beralih memeluk tubuh mungil istrinya. "Iya, jangan kayak gitu lagi."

Di pelukan Alvan, Ririn memainkan jarinya dengan gelisah. "Eum, Al!"

"Apa?"

"Anu, i-itu eum. Gi-gimana kalau gue ... Ha-hamil?"

"Satu kali lakuin itu nggak bakal bikin lo hamil juga kali."

Alvan melepas pelukannya, kemudian ia memakai jaket denimnya dan mengambil kunci mobil milik Nathaniel. "Gue mau pergi dulu, ada urusan sebentar. Lo di rumah aja jangan ke mana-mana, di dapur udah ada nasi goreng buat lo sarapan."

Ririn menahan tangan suaminya, masa ia dikondisi seperti ini malah ditinggal. "Lo mau ninggalin gue? Lo nggak mau tanggung jawab sama apa yang lo lakuin semalam?"

"Bukan gitu, Rin. Ada urusan mendesak yang harus gue selesaiin," ucapnya seraya berjongkok di hadapan Ririn yang sedang duduk di pinggiran ranjang.

"Sepenting itu?"

"Ini juga demi lo," ujarnya, "Gue pergi dulu, bye!"

Setelah mengecup kening Ririn singkat, Alvan beranjak dan benar-benar pergi meninggalkan Ririn di apartemen sendirian.

~•>•~

Mobil mewah itu terparkir dengan rapi di basecamp Cyclops, Alvan turun dengan gagahnya dari dalam mobil milik Nathaniel. Masuk ke basecamp dengan sambutan hormat dari anggota Cyclops. Ia bisa melihat dua anggota inti Cyclops yang duduk di kursi.

[iii] [END] MAS SUAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang